Follow Us

Showing posts with label pengalaman tes. Show all posts
Showing posts with label pengalaman tes. Show all posts

Tuesday, July 17, 2018

Pengalaman Lolos International Paper Conference CITSM 2018 (Part 1)

7/17/2018 02:13:00 PM 0 Comments
Perhatian! Posting ini sudah saya tulis sejak 2/6/2018 namun baru sekarang saya publish. Semoga tak mengurangi makna ya. Selamat membaca! :)


Memasuki pertengahan bulan ramadhan... bagaimana puasanya Readers? Lancar? Alhamdulillah masih bisa menjalani ibadah puasa di tahun ini ya. 

Lama tidak menengok blog ini, ternyata lama juga saya tidak posting. Ok, saya akan coba kembali posting.

Belakangan ini (akhir Mei) memang saya sedang sibuk uas jadi baru bisa berlega-lega ria sekarang-sekarang inilah memasuki bulan Juni karena saya libur panjang hingga Agustus. 

Readers, saya kan pernah cerita tentang plagiarisme ya. Adakah kalian sudah membaca? Nah, di sana kan saya cerita tentang paper saya yang tidak lolos conference. Setelah itu, saya diminta dosen pembimbing merevisi paper saya tersebut dan di-submit ke conference lain yang deadline terdekat yaitu CITSM 2018 (The 6th International Conference on Information Technology for Cyber and IT Service Management).  

Kalau boleh jujur ya, sebenarnya saya sudah tidak berminat untuk submit ke internasional conference. Tidak masuk jurnal internasional juga tidak apa-apa. Bisa masuk ke jurnal nasional pun jadilah yang penting tujuan utama saya untuk menggugurkan kewajiban publikasi ke jurnal sebagai syarat lulus terpenuhi. Tak perlu juga yang "wah" jurnalnya. Asal bisa masuk dan menggugurkan kewajiban tadi sudah cukup. Saya tidak mau muluk-muluk.

Lagipula, masuk jurnal international itu biayanya mahal. Lulus conference juga mahal biaya pendaftaran masuknya (jutaan) karena nantinya juga setelah presentasi di conference, paper akan masuk jurnal internasional juga. Kemarin, yang pertama saya submit adalah ke icoict itu kalau lolos bayar 4 juta rupiah dan conference-nya di Bandung. Sementara yang saya submit selanjutnya adalah citsm biaya pendaftaran 2 juta rupiah (untuk kategori mahasiswa) kalau lolos dan acara conference-nya di Parapat, Sumatera Utara. Sama juga kalau dihitung-hitung dengan biaya akomodasi ke sana ya. :D


Cerita awal submit

Lanjut cerita tadi...
Pada bulan Maret, saya dinotifikasi dosen beberapa kali via whatsapp untuk submit. Tapi saya ini sudah terlanjur malas (jangan ditiru) dan juga lelah karena sedang sibuk-sibuknya kuliah dan tugas. Kok rasa-rasanya seperti tidak ada waktu untuk revisi (halah alasan). Tahu sendiri ya kalau revisi itu momok sekali (buat saya ini loh ya). Sampai tiba gilirannya deadline tanggal 31 Maret 2018. 

Oya, sebenarnya pada awalnya saya memang mengincar untuk submit ke citsm. Tapi karena icoict itu deadline lebih dulu, jadi saya coba-coba submit ke icoict (aji mumpung alias ambil kesempatan waktu mana yang duluan). Dan ternyata tidak lolos (alhamdulillah ya). Dan sisi baiknya adalah saya jadi merevisi paper saya tersebut. Selalu ada hikmah yang bisa dipetik dari setiap kegagalan. Uhuk-uhuk. :)

Pada awalnya citsm sudah deadline saat menunggu icoict pengumuman. Tapi rupanya diperpanjang deadline-nya (tak menyangka). Jadi saya coba submit ke citsm. Dan saya submit itu injury time sekitar sejam sebelum deadline. Jadi ceritanya saya pulang kampus sekitar pukul 19.30 pm wib. Di kamar, saya langsung buka laptop dan merevisi paper saya. Niat banget ya. Kepepet lebih tepatnya sih. Menunggu detik-detik deadline. :)

Revisi itu tidak bisa sebentar ya (bagi saya loh ini). Apalagi saya harus memangkas dan mengubah-ubah kalimat supaya tidak terdeteksi plagiarisme. Butuh waktu... 

Mana format harus disesuaikan dengan permintaan penyelenggara dan lain-lain. Harus dikoreksi juga kan? Butuh waktu...

Registrasi dulu sebelum submit juga butuh waktu... perlu koneksi internet lancar apalagi injury time

Syukurnya saya memang sudah registrasi jauh hari sebelum ikut icoict malah...

Awal saya submit, kok tidak bisa ya. Apa masalahnya? Ternyata email yang saya masukkan di pendaftaran easy chair tidak sama dengan yang saya masukkan sekarang. Ok, setelah saya ubah baru bisa submit. Alhamdulillah.

Nomor pendaftaran saya adalah 214. Mungkin nomor terakhir ya. Hehe

Setelah submit, saya tidak kirim notif ke dosen karena biasanya kan otomatis masuk ke email dosen yang didaftarkan. Jadi, dosen kembali bertanya ke saya apakah saya sudah jadi submit. Saya jawab sudah. Tapi kata dosen kok tidak masuk ke email dosen. Loh kok bisa? Padahal sudah saya masukkan.

Dosen kembali bertanya, dan saya jawab yang sama, kata beliau saya disuruh mengecek di easy chair.


Cerita pengumuman

"Apakah sudah ada notif diterima atau tidak?" tanya Pak Dosen.

"Belum, Pak."
Padahal sih sudah lewat jadwal pengumuman. Seharusnya kan tanggal 25 Maret. Nah itu sudah tanggal 30 belum ada pengumuman. Dan saya cek jadwalnya di website tidak ada perubahan jadwal.

Keesokan harinya, saya lagi berkutat dengan tugas yang deadline siang itu, eh dapat notif dari citsm. Loh ini pengumuman baru hari itu tanggal 31 Maret? Ok, saya buka email di tablet saya. Duh, diterima tidak ya. Saya sih terus terang tidak berani berharap. Karena apa?

1. Kalau baca-baca di syarat-syarat pendaftaran sih citsm kelihatannya lebih ketat ketimbang icocit. Lah icoict saja saya tidak lolos apalagi ini pikir saya.

2. Di sana disebutkan bahasa Inggrisnya itu sebaiknya diperiksa dulu oleh native speaker. Lah saya tidak pakai diperiksa native speaker segala. Memang sih, sebelum submit ke icoict dulu saya sempat meminta teman saya native speaker untuk mengecek paper saya. Tapi ya itu karena jarak jauh, dia tidak mengoreksi apa-apa jadinya. Dia cuma bilang sudah ok dan dia juga bilang tidak menyangka saya yang bukan native speaker bisa menulis begitu. Lah, bukan itu yang saya harapkan padahal. Saya butuh koreksinya kata per kata. Haduh bagaimana sih dia. :(

3. Di syaratnya tertulis kalau konversi ke pdf-nya direkomendasikan menggunakan pdf converter yang disediakan penyelenggara. Nah, waktu itu saya tidak bisa masuk dengan password yang disediakan. Sudah expired begitu ceritanya. Mungkin karena saya pakai setelah masa extended jadi tidak di-update lagi oleh penyelenggaranya. Jadi, karena sudah injury time, ya sudahlah wallahualam pakai converter lain yang penting submit dulu. Lolos tidak lolos urusan belakangan.

4. Beberapa hari setelah submit, saya coba baca lagi pdf saya. Lah ternyata kok ini judul Bab III hilang. Kalau isinya sih ada tapi nyambung bab II. Astaghfirullah... Inilah penyebab utama yang menurut saya akan menggagalkan paper saya untuk diterima. 

Jadi, setelah email terbuka saya baca donk ya. Dan jreng jreng.....

accepted!

Huhuhu ini benar?

Di sana tertulis bahwa paper saya diterima. Tapi ada revisinya di beberapa bagian. Alhamdulillah. Untuk nilai -1 (weak reject) di review 1. Dan review 2 nilainya 2 (accepted).

Setelah itu saya beritahu dosen saya dan memohon maaf karena belum sempat mengecek email beliau di easy chair eh sudah pengumuman duluan jadi tidak masuk ke email beliau notifnya.

Saya kirim screenshot. Eh, ternyata kata dosen email yang saya masukkan salah. Tidak salah sih tapi harusnya bukan email itu yang dimasukkan tapi email lain yang pakai cs. Kalau email yang saya masukkan jarang dibuka. Yah, Bapak Dosen, mana saya tahu. :(

Baiklah. Saya akan forward dan memperbaiki email beliau di easy chair. Eh, belum sempat memperbaiki email beliau, dapat review 3. Saya tanya teman saya yang juga lolos, dia tidak terima review 3. Hmm, berarti sudah bagus punya dia cukup sampai review 2. Sementara punya saya, jadi tambah banyak revisi. Hiks.

Tugas saya selanjutnya adalah merevisi paper. Conference nanti akan diselenggarakan di Inna Prapat Hotel, Danau Toba Parapat, Sumatera Utara tanggal 7-9 Agustus 2018. Bismillah... 

Semangat!

Bersambung part 2 dan 3...

Tuesday, January 16, 2018

Lolos Seleksi Poster Ilmiah di Shanghai, China

1/16/2018 05:51:00 PM 0 Comments



Hai Readers, saya sudah pernah cerita kalau saya pernah lolos seleksi lomba paper tepatnya kategori poster ilmiah yang harus dikonferensikan di Malaysia 3 tahun silam. Tahun 2017 lalu tepatnya 15 Oktober saya kembali submit abstrak dan pengumuman 10 Januari 2018. Saya mendapat email yang menyatakan saya lolos seleksi poster (lagi). Kali ini harus dikonferensikan di Shanghai, China pada bulan juli 2018.

Tahun ini, dari 1800an abstrak yang masuk dipilih 600 untuk poster ilmiah. Wow, alhamdulillah ya lolos lagi. Tapi saya masih galau apakah kali ini akan berangkat atau tidak. Saya selalu merasa tidak pede dan siap. Dari papernya sendiri memang belum siap sih. 

Mungkin tar coba submit scholarship untuk biaya ke sana dulu. Yang dulu sih tidak lolos mungkin diutamakan untuk yang paper bukan poster. Tapi kali ini who knows? Usaha dulu yang penting kan. 😊

Picture credit to the rightful owner
 

Monday, June 26, 2017

Part (1) Pengalaman Lulus Seleksi Beasiswa MTI e-Government UI Kemkominfo 2017

6/26/2017 01:44:00 PM 2 Comments



Jika ada teman-teman yang mungkin berminat mengikuti seleksi beasiswa MTI e-gov Kemkominfo khususnya di UI, sengaja saya buat posting ini untuk kalian. Siapa tahu bermanfaat. Setiap tahun beasiswa ini dibuka di UI pada awal tahun sekitar bulan februari hingga mei dalam 2 gelombang. Jadi, kamu bisa ikut di gelombang 1 atau pun 2. Kalau mau aman, ikut di gelombang 1 dulu. Jika tidak lulus, bisa ikut lagi di gelombang 2.

Kalau saya sendiri ikut di gelombang 2 saja. Karena memang keputusan ikut itu sudah di akhir-akhir dan mepet deadline juga bisa dapat tanda tangan eselon 2 yang posisinya tidak standby di kantor tetapi sedang diklat. Sehingga harus menunggu beliau pulang. Pas juga saat itu saya mengikuti rapat teknis daerah di provinsi dan beliau pulang sehingga saya dapat juga tanda tangannya. Awalnya saya berencana mengirim berkas selepas itu biar waktu pengiriman lebih panjang mengingat deadline tanggal 8 Mei 2017 tapi rupanya tidak memungkinkan.

Ya sudah, saya pulang ke kabupaten esok harinya sabtu 28 April 2017. Saya cek kalender, senin libur. Berarti selasa baru ngantor. Jika saya mau nebeng print di kantor, saya takutnya kelamaan dan telat berkas saya sampai. Akhirnya saya ke rental buat ngeprint 2 lembar (2 ribu rupiah) lalu ke jne. Penjaga jne bilang, untung saya datang tepat. Kalau tidak, saya telat karena mobil pengirim paketnya berangkat. Posisi kala itu sabtu sore sepulang saya dari bengkulu. Hari minggu tidak ada pengiriman. Sementara senin hari libur. Ah, lega rasanya. Tapi, sesampai di rumah saya baru sadar kalau saya tidak diberi resi. Yah, bagaimana saya mau ngecek nantinya paket sudah sampai atau belum. Saya malas pula kembali ke jne. Ya sudah, bismillah saja. Percaya bakal sampai.

Tahap-tahap yang saya lakukan
1. Membaca dengan cermat syarat beasiswa yang tertera di web mti.cs.ui.ac.id (buka juga site kemkominfo)
2. Mendaftar simak ui jurusan teknologi informasi
3. Melengkapi persyaratan untuk dikirim ke UI di antaranya
a. Menyiapkan fotokopi ijasah legalisir 1 rangkap
b. Menyiapkan fotokopi transkrip legalisir 1 rangkap
c. Menyiapkan fotokopi SK pns legalisir 1 rangkap
d. Menyiapkan fotokopi SK jabatan terakhir terkait TIK legalisir 1 rangkap
e. Menyiapkan fotokopi SPMT/SPMJ jabatan terakhir terkait TIK legalisir 1 rangkap
e. Membuat surat persetujuan eselon dua kop instansi 1 rangkap (saya buat sendiri formatnya)
f. Membuat surat keterangan kop instansi dari kepegawaian yang menyatakan menjabat di bidang terkait TIK 1 rangkap (saya buat sendiri formatnya). Berhubung instansi saya vertikal, lokasi di kabupaten dan tidak ada bidang kepegawaian, jadi saya minta di kepegawaian provinsi.
g. Mengisi formulir dari UI bisa di download di situs mti (saya ketik dan siapkan materai - awalnya sempat bingung mau diketik atau tulis tangan, takutnya tidak sesuai prosedur)
h. Printout bukti registrasi simak ui (poin 2)

4. Tes simak ui gelombang 2 tanggal 21 Mei 2017.
5. Pengumuman kelulusan simak ui 21 Juni 2017 pukul 14.00 wib.
6. Pengumuman kelulusan beasiwa Kemkominfo tanggal 22 Juni 2017 di situs mti.csui.ac.id 

Untuk gelombang 2, ada 12 orang terpilih yang mendapat beasiswa. Tapi tertulis juga bahwa selain 12 orang yang namanya tidak tertulis di web dimungkinkan sebagai cadangan atau kemungkinan penambahan kuota dari Kemkominfo akan diinfokan setelah tanggal 14 juli.

Awalnya saya pikir jika lulus simak ui sudah pasti lulus beasiswanya, tapi ternyata tidak. Beasiswa terbatas kuota. Jadi saya simpulkan dari gelombang 2 itu hanya peringkat 12 besar yang dinyatakan lulus menerima beasiswa. Karena ternyata banyak juga yang lulus simak ui nya selain 12 orang tadi yang siap mengantri mendapat beasiswa. 

Dan alhamdulillah nama saya ada di nomor 2 dari 12. Saya tidak tahu apakah penulisan nama berdasar hasil simak ataukah acak. Awalnya saya pikir berdasar nomor npm, tapi setelah saya cermati kok tidak urut kalau berdasar npm. Ah, whatever lah ya yang penting nama saya ada. Hehe

Saya juga tidak tahu penentu kelulusan ini apa. Kenapa bisa lulus? Padahal isian proyek 3 tahun terakhir saya kosong. Formulir saya isi seadanya kondisi saya. Bahkan saya baru setahun menjabat di seksi. Background pendidikan tidak linier. Hmm, mungkin ini yang namanya 'blessing and luck' dari Allah. Rejeki anak soleha. 😊

Bapak sopir travel bilang,

Orang bodoh kalah dengan orang pintar.
Orang pintar kalah dengan orang berduit.
Orang berduit kalah dengan orang beruntung.

Hmm. Tak ada yang bisa mengalahkan blessing and luck dari Allah.

Terima kasih untuk orang tua, saudara, teman maupun orang tak dikenal yang telah mendoakan saya. Semua ini berkat doa kalian.

Bersambung ya... 😊








Saturday, June 24, 2017

Pengalaman Simak UI Kedua 21 Mei 2017

6/24/2017 05:04:00 PM 14 Comments


Kalau ada pembaca yang ikut simak ui gelombang 2 di fakultas hukum gedung D ruang 304, berarti kita sekelas waktu itu. Saya memakai baju abu-abu jilbab pink motif garis. Saya diantar teman saya dan anaknya sampai di depan ruangan tes. Hehe. Tempat duduk saya urutan bangku baris dua sayap kanan. Rekan kiri saya kosong (tak hadir) dan sebelan kanan saya wanita. Oya, saya sempat mengobrol dengan salah satu peserta wanita yang mengambil jurusan kenotariatan sebelum masuk kelas.

Kok simak kedua?
Iya. Tahun lalu kan saya lulus tapi tidak saya ambil. Saya juga tidak tahu kalau bisa ditunda dulu setahun sembari cari beasiswa. Eh, ternyata teman saya di tempat lain ada yang begitu. Ditunda setahun, baru kuliah setelah dapat sponsor beasiswa. Hmm, rugi donk saya. Ya sudah belum rejeki. Sebenarnya niat tidak niat mau ikut lagi. Mengingat perjalanan jauh rasanya sudah lelah diri ini. Sendirian pula. Hehe. Tapi setelah dipikir-pikir ya sudah coba lagi. Itu pun setelah gelombang kedua baru memutuskan ikut. Setelah mendapat rekomendasi eselon 2 di tangan baru saya berani mendaftar. Mepet deadline.

Melampirkan sertifikat TOEFL dan TPA?
Kali ini saya tidak melampirkan sertifikat toefl dan tpa karena sudah lebih dari setahun tanggal tesnya.

Persiapan belajar?
Tidak seperti dulu yang memang niat dari jauh hari. Kali ini, setelah mendapat rekomendasi eselon 2 dan positif kartu ujian bisa di download baru saya mulai belajar. Hanya mempelajari buku-buku saya yang lalu. Kalau saya hitung, waktu yang ada hanya 3 minggu. Syukurnya kerjaan tidak sepadat bulan april. Tapi kok tetap saja ya kecapekan pulang kerja. Jadi saya maksimalkan belajar di hari sabtu minggu dan hari libur nasional yang lumayan ada beberapa kali. Untuk hari kerja, saya tidak paksakan diri harus belajar ketika pulang sudah lelah atau sekedar sedang tidak mood.

Lokasi tes di mana?
Gelombang 2 lokasi tes tidak hanya di UI Depok tapi juga ke beberapa wilayah di luar jawa seperti Medan, Palembang. Kala itu saya bimbang mau tes di palembang atau depok. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya pilih Depok. 

Transport
Saya ambil rute berbeda dari tahun lalu. Dari Soetta, di terminal 1b, saya naik bus hiba utama tujuan depok turun di terminal depok. Biaya Rp. 60.000. Naik bus ini langsung saja tak perlu beli tiket dulu seperti damri. Naiknya di mana? Di halte belakang tempat beli tiket damri. Duduk saja di situ nanti busnya lewat tiap 1 jam. Kemarin saya naik pukul 14.30. Tempat beli tiket damri kalau tidak tahu, di arrival gate jalan lurus nyebrang. Ke kanan tempat pembelian tiket damri, ke kiri musholla. Jadi, kamu ke kanan saja. Kalau mau naik damri bisa juga yang tujuan ke pasar minggu. Nanti nyambung KRL atau taksi.

Kondisi jalan
Jalanan menuju UI tidak semacet tahun lalu waktu ikut gelombang 1 tahun 2016. Karena gelombang 2 tahun 2017 ini lokasi tes dibagi ke beberapa daerah di luar jawa. Ke toilet juga tidak antri seperti tahun lalu yang bikin stres. Hehe. Memang ya saya merasa melihat banyak orang berkerumun jadi satu tempat itu bikin stres sendiri. Yang macet yang antri naik lift antri toilet antri lihat nomor ujian di lantai mana. Huahh tapi itu semua pengalaman. Ketidaknyamanan itu membuat saya berkata dalam hati tidak ingin ikut tes lagi. Tapi Allah berkata lain. Ikut juga lagi tahun ini hiks. Alhamdulillahnya lebih nyaman. 

Menginap di mana?
Saya mendapat tumpangan gratis dari sobat baik saya sealumni dan seinstansi. Terima kasih banyak Alin sayang yang sudah rela jadi pembalap mengejar waktu dan nyelip-nyelip di kemacetan Depok mengalahkan sopir ojek hehe. You are such a true modern superwoman. Seharusnya kita foto bareng ya. Duh, lupa. Next kalau ketemu lagi ya. 

Cek lokasi
Saya cek lokasi malam sekitar pukul 8. Si Alin yang mengantar saya plus muter-muter mencari gedungnya. Saya cari tempelan lokasi lantai dan tempat duduk di mana pikir saya. Oh tidak ada. Ternyata pagi-paginya ada di mading. Tidak kelihatan itu mading semalam. Hihi

Warna-warni mau tes

Tak bisa tidur gegara...
Kalau badan lelah sehabis perjalanan jauh itu harusnya mudah tidur. Tapi tanpa saya sadari seharian di jalan sampai cek lokasi dan tiba di tempat sobat saya tak terasa lelah. Masih betah ngobrol dan mata tak mengantuk sama sekali. Padahal mau bangun pagi besok. Aneh. Gulang-guling saja di kasur pejam-pejam tetap tak tidur. Meski akhirnya tidur juga sih tapi lama. Saya runut apa yang salah dengan saya. Makan apa saya tadi. Oh ternyata. Saya tahu biang keladinya. Saya sempat makan dua buah Roti O kala siang hari di bandara. Karena mengandung kopi jadi efeknya dahsyat buat saya. Wah tidak menyangka akan ada hal seperti ini. Sungguh lucu. 😊

Insiden tak terduga
Saya berencana berangkat pukul 06.00 untuk mengantisipasi macet seperti tahun lalu. Eh, pas mau berangkat tak tahunya kaos kaki saya hilang satu di kamar. Teman saya ikut nyari-nyari. Tak ada orang masuk kamar perasaan. Apa mungkin disembunyiin jin iseng? Hehe. Akhirnya teman saya nemu di dalam lemari baju. Kok bisa? Haha lucu deh kalau ingat. Mana lagi panik pakai ada insiden begituan pula.

Suasana tes
Saya diantar lewat jalan pintas rencananya menghindari macet. Tak tahunya jalan ditutup. Putar-putar akhirnya lewat jalan utama yang sudah pasti jelas dibuka. Alhamdulillah tidak macet. Surprised sih mengingat tahun lalu.
Lokasi tes kali ini di Fakultas Hukum Gedung D 304. Lebih nyaman daripada tahun lalu. Peserta tidak sebanyak dulu. Ke toilet tidak antri lagi.  Naik turun lift juga tidak antri panjang. Mejanya panjang jadi nyaman kepala tidak terlalu membungkuk dibanding jika pakai kursi yang plus meja sekalian seperti tahun lalu di gedung H.

Soal
Entah kenapa kebalikan tahun lalu. Dulu saya merasa tpa lebih sulit dari bahasa inggris. Sekarang justru bahasa inggris lebih sulit. Sempat ada harapan saat setelah tpa selesai karena yang saya bulatkan lebih banyak dari tahun lalu tapi kemudian psimis setelah bahasa inggris. Dilema. Hehe. Readingnya yang sulit. Soal vocabulary yang saya harap mudah ternyata sulit. Jarang didengar tapi herannya yang keluar itu sebenarnya saya pernah pelajari kemarin-kemarin tapi lupa artinya. Sungguh heran itu yang pernah saya pelajari keluar. Akhirnya pakai tebak-tebakan saja dari konteks kalimat di reading. Selesai tes, saya cek di google translate. Ada sekitar 5-6 soal yang saya ingat ternyata match dengan jawaban saya. Alhamdulillah. Berasa ada setitik cahaya (meski saya gambling di 3 reading) 😊. Oya kali ini saya mengerjakan 64 soal tpa. Matematika hanya 17 soal dari 30 yang saya kerjakan. Cukupkah itu untuk mengejar skor minimal 500 tpa dan 500 bahasa Inggris. Hmm, akan terjawab saat pengumuman nanti ya. Tunggu saja...

Verbal 40 soal analogi dan wacana
Kuantitatif 30 soal deret, aljabar, aritmatika, matematika berpola (tahun lalu tak ada)
Logika 30 soal silogisme dan penalaran analitis
Bahasa inggris grammar dan reading 90 soal

Selesai tes
Saya tunggu jemputan teman saya tapi sebelum dia datang, saya sholat dulu di musholla bawah. Lalu kami ngebakso dan akhirnya berpisah. Saya kembali ke bandara Soetta dengan Hiba Utama bus dari terminal Depok. Beli tiket busnya dulu di situ ada loketnya. Berangkat pukul 16.00. Sampai di terminal 1b pukul 18.15. Alhamdulillah pesawat 19.20 masih terkejar. Tidak semacet waktu ke Depok sampai 3 jam perjalanan dari 14.30-17.30. Tidak menyangka semacet itu hari sabtu. Justru di Depoknya yang macet parah.

Pengumuman
Tanggal 21 Juni 2017 pengumuman kelulusan resmi simak ui. Tapi untuk beasiswanya 3 hari kemudian baru diupload untuk gelombang 1. Huahh deg-degan. Tidak berani buka.

(Ditulis 21 Mei 2017)


Update 22 Juni 2017
Pengumuman simak ui
Pengumuman kelulusan simak ui tanggal 21 Juni 2017 itu bertepatan dengan hari terakhir saya kerja (malamnya pulang kampung). Menunggu pukul 14.00? Tidak juga sih. Justru saya merasa santai. Pukul satu posisi mati lampu dan hilang sinyal internet. Saya sendiri baru terbangun tidur karena sakit bulanan (dismenor).

Akhirnya saya baru buka sekitar pukul setengah tiga karena menghindari crash dan pastinya penasaran juga. Setelah log in, buka hasil, alhamdulillah lulus. 😊 Tapi ini baru simak ui-nya ya, belum beasiswanya. Jangan senang dulu.

Pengumuman beasiswa
Rupanya pengumuman kelulusan beasiswa langsung ada pada tanggal 22 Juni 2017. Mungkin karena itu hari kerja terakhir sebelum lebaran. Lalu hasilnya? Alhamdulillah nama saya ada di urutan kedua dari 12 orang penerima beasiswa. Thanks Allah.

Cerita bersambung di posting berikutnya ya... 😊







Thursday, February 9, 2017

Pengalaman Lolos Seleksi Lomba Poster Ilmiah Internasional Kuala Lumpur Malaysia

2/09/2017 11:49:00 AM 0 Comments
Ada yang pernah mengikuti lomba poster ilmiah? Khususnya yang internasional ya...

Ketika saya mengikuti diklat Pim IV (Agustus - Oktober 2014) lalu di Pusdiklat BPS Lenteng Agung Jakarta. Salah seorang widyaiswara menyuruh kami membentuk kelompok. Dari masing-masing kelompok diminta membuat suatu ide terobosan. Tak tahunya ada udang dibalik batu. Eh, ini bukan berkonotasi negatif ya. Jadi, dari masing-masing tema kelompok, yang temanya sesuai diminta diikutkan dalam lomba paper internasional.

Nah, kebetulan kelompok saya temanya sesuai untuk diikutkan dalam 3rd International Conference of Asian Population Association (APA) 2015. Jadilah si Bapak meminta kami membuat abstract dalam bahasa Inggris sesuai ketentuan penjurian lalu submit ke website penyelenggara. Waktu itu si Bapak menentukan berapa orangnya supaya membentuk tim untuk membuat lanjutan dari abstract singkat tadi. Karena nantinya diminta submit abstract panjang-nya juga setelah abstract singkat masuk. Dan yang bertugas mengurusi adalah saya. Karena yang lain pada sibuk sendiri-sendiri. Ada juga yang ogah. Dan terpaksalah saya (yang dipanggil-panggil si Bapak buat mengerjakan) plus teman satu lagi. Jadilah lewat email saya registrasinya.

Setelah beberapa waktu (pertengahan Februari 2015 kalau tak salah ingat), pengumuman kelolosan tiba. Ternyata, abstract kami tak lolos pada seleksi pertama. Tapi dijelaskan dalam email ada kemungkinan untuk lolos pada seleksi tahap 2. Wah, syukur juga tidak lolos. Kalau lolos malah pusing bagaimana melanjutkannya.

Setelah sekian waktu, saya dapat email lagi. Kali ini dinyatakan lolos seleksi untuk kategori poster (bukan paper ya, sudah gagal kategori paper). Perwakilan kami berhak untuk hadir dan presentasi dalam konferensi di Kuala Lumpur Malaysia 27-30 Juli 2015 (pas banget habis lebaran kala itu).


Senang atau sedih?

Senang karena lolos dari ribuan (lebih dari 1600) peserta. Tidak menyangka. 

Sedih juga karena bingung mau bikin seperti apa. Tak ada ide. Belum pernah membuat poster ilmiah sebelumnya. Sudah coba googling sih. Tapi kok saya tidak pede saat penjurian nanti. Hehehe.

Sedih karena harus cari biaya sendiri. Penyelenggara menyediakan dana untuk beberapa partisipan. Saya registrasi juga tapi tidak lolos sebagai penerima dana. Hiks. Harus pakai biaya sendiri donk? Registrasi ulangnya lumayan mahal. Belum untuk biaya transport dan sebagainya di sana. 

Setelah ditimbang-timbang, akhirnya saya putuskan tidak berangkat.

Begitulah kisah saya. Kenang-kenangan. Karena kejadiannya sudah lama. :)


Picture credit to Reana 


Tuesday, May 17, 2016

Pengalaman Tes TPA SIMAK UI Pasca Sarjana S2 10 April 2016

5/17/2016 03:11:00 PM 155 Comments


Halo... Saya kembali ingin berbagi dengan teman-teman. Sebulan lalu saya mengikuti tes Simak UI Pasca Sarjana S2 di Depok hari minggu tanggal 10 April 2016. Tepatnya di FISIP Gedung H.

Cara mendaftar

Saya memang sudah jauh hari merencanakan ikut tes ini. Bagi teman-teman yang juga ingin melakukan pendaftaran, siapa tahu ini berguna. Yang saya lakukan diantaranya:
  1. Buka website http://penerimaan.ui.ac.id
  2. Register
  3. Isi form pendaftaran, upload foto, upload dokumen (ijasah, transkrip -- wajib, TPA, TOEFL ITP -- kalau ada), lalu verifikasi.
  4. Membayar biaya pendaftaran sebesar 750.000 (kecuali Psikologi dan Keperawatan) via ATM (ada banyak pilihan bank serta bisa via ATM, internet banking, teller tergantung bank-nya). Kala itu saya membayar via ATM BRI tapi gagal terus. Penyebabnya adalah pertama, ternyata tanggal pembayaran belum dibuka. Kedua, BRI-nya yang belum membuka (padahal sudah masuk waktu pembayaran berdasarkan jadwal di UI). Caranya mudah untuk BRI, tinggal masuk ke menu pembayaran - pendidikan - UI - tulis kode UI (008) disertai nomor pendaftaran 9 digit. 
  5. Mengecek ke website apakah pembayaran sudah diterima sehingga bisa men-download kartu ujian. Tidak instan ya. Jadi ada jeda waktu sampai kartu ujian kita bisa di-download. Pengalaman saya mentransfer hari jumat, rabu baru bisa download kartu. Tapi mungkin saja sudah berubah sekarang.
  6. Persiapan tes TPA dan Bahasa Inggris tanggal 10 April 2016. Kartu ujian dicetak berwarna dan tidak boleh dilaminating karena akan ditandatangani pengawas ujian. Bawa kartu pengenal sesuai yang kita cantumkan ketika pendaftaran.
Tempat menginap

Karena saya berasal dari luar Jawa, jadi tentu saja harus menginap. Akhirnya pilihan jatuh pada Wisma Makara UI setelah searching beberapa penginapan. Sekitar 10 hari sebelum hari H coba kontak telepon Makara dan ternyata masih tersedia kamar kosong. Pilihan jatuh pada kamar tipe superior. Sewa semalam 389 ribu rupiah.

Setelah sampai di sana, rupanya kamarnya lumayan luas. Dan fasilitasnya juga lumayan. Hanya saja shower di kamar yang saya tempati ternyata tidak mengalir deras karena mengalir duluan di bawah kepala showernya itu jadi tidak mengalir full sampai atas. Cukup mengganggu tapi bukan sesuatu yang fatal sih. Terus kunci kamarnya tidak menggunakan kartu seperti di hotel-hotel. Masih manual.

Makara letaknya jauh dari Gedung H atau pun dari pusat keramaian di luar UI jadi kalau mau cari makan ya harus keluar dulu. Transportnya?

Transportasi

Di sebelah kiri Makara, ada asrama UI. Nah, di situlah mangkal ojek. Ada banyak. Di sebelah satpam. Jadi, kalau mau ke mana-mana ya dari Makara jalan kaki ke sebelah masuk pos satpam bilang saja ojek. Tarif untuk di sekitaran UI 10 ribu rupiah sekali ojek. Kalau keluar UI lebih bayarnya. Waktu itu saya minta diturunkan di tempat yang ramai orang jualan makanan atau pun ada Indomaret Alfamaret, tarifnya 15 ribu. Pernah juga saya turun di halte UI karena mau cari taksi, bayar 7 ribu.

Suasana Tes

Kalau waktu mau tes, saya keluar Makara jam 06.20 pagi. Seharusnya sarapan dulu karena di Makara disediakan sarapan jam 6 pagi tapi saya yang tidak keburu. Langsung cabut saja ke sebelah. Ojek ada banyak yang mangkal. Padahal awalnya takut habis karena banyak sekali yang ikut tes. Dan memang jalanan macet loh. Untung tukang ojeknya pinter nyelip-nyelip jadi jam 7 kurang sudah sampai Gedung H. Sampai Gedung H, sudah ada tulisan lokasi ujian. Saya ujian di lantai 3. Ruang paling dekat dengan lift. Lupa ruangan berapa kalau tidak salah ingat 305.

Begitu naik ke atas, ternyata sudah penuh para peserta yang sedang menunggu dibukakan pintu masuk ruangan. Di situ campur baur peserta yang mau mengambil berbagai jurusan. Jam 7 baru peserta boleh masuk. Rupanya saya dapat kursi paling depan. Kolom kedua dari pojok.

Setengah jam pertama adalah waktunya untuk mengisi biodata dan mengecek soal apakah jumlah halamannya sudah benar. Nah, saat pengecekan ini sebenarnya bisa loh sambil curi-curi lihat soalnya. Tapi tidak signifikan juga sih. Mending ikut prosedur sajalah. Hati juga lebih tenang.

Sebelum soal dibagikan ada 4 orang peserta yang dijadikan saksi bahwa soal masih utuh masih dilem. Dan saya menjadi salah satu saksi karena duduk di depan. Diminta tanda tangan juga sebagai saksi soal utuh. Nanti juga sekalian sebagai saksi bahwa soal langsung dimasukkan ke amplop dan dilem ketika ujian selesai.

Kalau persyaratan sebelum tes ya standar.
1. Tas diletakkan di depan.
2. Di atas meja hanya boleh meletakkan kartu identitas, kartu ujian dan alat tulis.
3. Alat tulis hanya boleh membawa pensil, pena, penghapus dan rautan. Kotak pensil tidak diperbolehkan.
4. Jam tangan harus dilepas. Untuk perkiraan waktu nanti panitia akan menggambar di papan tulis berupa persegi panjang yang diarsir berapa waktu yang sudah berjalan.
5. HP harus dimatikan.

Untuk tes TPA ada 3 sesi. Soal terdiri 3 warna. Satu sesi satu warna. Selesai satu sesi tidak boleh membuka sesi sebelumnya atau selanjutnya. Tidak boleh curang intinya.

Kemampuan bahasa 40 soal (30 menit)
Kemampuan kuantitatif 30 soal (50 menit)
Kemampuan logika 40 soal (40 menit)
Total 100 soal (Benar 4, salah -1, kosong 0)

Bahasa Inggris
Structure 40 soal
Reading 50 soal
Total 90 soal (tidak ada pengurangan nilai)

Kesan

Yang berkesan itu TPA-nya. Kenapa? Karena sulit hehe. Hanya setengahnya lebih sedikit yang saya isi. Sebelum lembar jawaban ditarik panitia, terus terang saya shock begitu saya hitung jumlah jawaban yang saya hitamkan. Hanya 58 dari 100. Itupun tidak tahu benar atau tidak. Apa mungkin saya lulus dengan hanya 58% isian. Apa mungkin saya meraih skor 500? Meski saya sudah pernah mencoba tes TPA Bappenas yang juga sulit, tapi ini terasa lebih sulit. Mungkin karena ada pengurangan nilai juga ya jadi harus hati-hati betul. Kalau Bappenas kan tidak ada pengurangan nilai jadi masih bisa gambling.

Saya sempat berbincang dengan peserta tes lain di sebelah saya. Dia mengambil jurusan farmasi. Background dia memang eksak. Sementara jurusan yang mau saya ambil masuk FISIP. Nah, dia bilang matematikanya susah. Iya memang betul susah. Dia bilang kalau dia yang dari eksak saja merasa soalnya sulit apalagi saya yang bukan eksak. Dalam hati saya, saya juga background-nya eksak Mbak. Hehe

Kalau bahasa Inggris-nya standar TOEFL. Alhamdulillah bisa mengerjakan dengan lumayan tenang dan yakin dibanding ketika TPA. Mungkin efek tak ada pengurangan nilai. Semua pertanyaan saya selesaikan. :)

Pakai buku apa untuk persiapan?

Buku TPA mana saja saya pikir bisa untuk persiapan belajar. Karena biasanya mirip-mirip sih isinya. Dan kebanyakan yang beredar adalah standar OTO Bappenas. Saya juga punya buku kumpulan soal TPA OTO Bappenas. Lebih banyak buku lebih baik karena saling melengkapi. Yang penting dipelajari. :)

Lalu untuk TOEFL juga bisa pakai dari berbagai macam penulis. Lokal maupun luar negri tidak masalah. Perbanyak latihan saja. Terutama reading harus bisa membaca cepat.

Selesai Tes

Selesai tes, saya antri toilet dulu di lantai 3. Karena pas istirahat tidak jadi antri toilet saking ramainya antrian sampai ke tangga. Baru setelah itu turun dan sholat di musholla depan belok kiri Gedung H.

Sholat, istirahat sebentar menenangkan diri lalu naik ojek lagi ke Makara mengambil tas yang saya titipkan ke receptionist karena sudah checkout paginya. Jalanan masih tetap macet. Setelah itu saya ngojek lagi ke halte UI menunggu taksi. Selain jalanan macet, taksi juga jarang yang lewat. Kalaupun ada, sudah ada penumpangnya. Eh, memang rejeki, ada satu taksi berhenti tepat di depan halte tapi sudah ada penumpangnya sih. Ternyata turun semua penumpangnya. Ya sudah saya naik taksi tersebut akhirnya. Saya kan mau mengejar waktu ke bandara Soetta.

Jalanan masih macet sampai Lenteng Agung. Padahal hari minggu loh. Biasanya hari libur kan relatif sepi ketimbang hari kerja. Jam empat kurang 5 menit saya sampai juga di Soetta. Syukurlah saya tidak mengambil pesawat setengah 5 sore, tapi jam setengah 8 malam. Kalau tidak, alamak terlambat saya. Sampai Soetta masih bisa makan dulu. Sejujurnya saya kelaparan hehehe. Cuma makan roti masih belum cukup. Dan saya merasa pening mungkin karena lapar plus energi terkuras pas tes.

Setelah makan langsung check in. Ke ruang tunggu langsung ke musholla menunggu sholat magrib. Rupanya pesawat terlambat sekitar 15 menit.

Pengumuman Hasil

Hasil seleksi diumumkan satu bulan an setelah tes yaitu tanggal 16 Mei 2016 pukul 15.00 WIB. Kemarin Senin adalah tiba saatnya pengumuman, saya buka website UI di kantor. Sekitar 10-20 menit pertama website tidak bisa dibuka. Mungkin crash karena banyak yang akses di saat bersamaan. Setelah itu baru bisa saya buka. Saya log in terlebih dahulu lalu saya buka menu "hasil seleksi". Alhamdulillah lulus. :)

Namun, sepertinya belum rejeki saya untuk mengikuti perkuliahan di UI tahun ini. Beasiswa yang ingin saya kejar rupanya sudah terlambat karena kesalahpahaman saya menangkap informasi. Jikalau saja saya ada di Jakarta, kemungkinan besar saya akan lanjut biaya sendiri tanpa harus menunggu beasiswa.

Good luck buat readers yang ingin mencoba peruntungan!

Begitulah perjalanan saya readers. Sampai jumpa di pos berikutnya. :)

Pic credit twitter simak_ui

Friday, February 19, 2016

Pengalaman Tes TPA OTO Bappenas 24 Januari 2016

2/19/2016 01:36:00 PM 0 Comments


Halo... Saya akan share tentang pengalaman saya ikut tes TPA OTO Bappenas. Tepatnya hari minggu tanggal 24 Januari 2016 di gedung Bappenas Jakarta. Sebenarnya saya tidak ada rencana untuk ikut tes pada hari itu. Mendadak saja jadi ikut. Karena pada waktu itu saya dikabari akan ada acara pelatihan instruktur nasional sebuah survei nasional yang biasa saya handle di Bandung. Dan tanggal check-in adalah 24 Januari 2016.

Sebelum mencari hari untuk booking tiket pesawat, saya searching apakah ada tes TPA pada tanggal tersebut. Aji mumpung saja karena rutenya naik pesawat dulu ke Jakarta baru lanjut ke Bandung. Hemat ongkos kan? Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Hehe.

Waktu itu belum ada jadwal untuk tanggal tersebut tapi keesok-esokan harinya saya searching lagi rupanya ada update baru (tampilan website koperasi Bappenas-nya baru) bahwa ada jadwal di tanggal tersebut sampai bulan-bulan berikutnya. Ok, saya coba mendaftar online. Yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

1. Buka situs koperasi Bappenas. Di situ tertera syarat pendaftaran bagi yang ingin ikut tes TPA individual. Download formulirnya.
2. Kirim email pertanyaan.
3. Setelah mendapat balasan, membayar Rp. 325.000 via ATM
4. Mengirim syarat berupa scan formulir, KTP, Ijasah, dan Bukti transfer.
5. Mendapat konfirmasi dari Bappenas bahwa syarat sudah diterima beserta jadwal tes jam berapa dan juga perlengkapan yang harus dibawa.
6. Membalas email konfirmasi bahwa saya akan ikut dan bersedia.
7. Menyiapkan foto berwarna 3x4 sebanyak 2 lembar dan bukti transfer untuk dibawa ketika ujian nanti.
8. 30 menit sebelum ujian harus sudah di lokasi ujian untuk verifikasi peserta.
9. Siapkan KTP atau identitas lain. Ketika ujian nanti dicek oleh pengawas.
10. Pensil 2b, penghapus dan rautan jangan lupa. Bappenas meminjami juga bagi yang tidak membawa. Tapi cuma pensil kalau tidak salah.

Pas waktu ujian, 24 Januari 2016 saya berangkat dari Bendungan Hilir (Benhil) sekitar pukul 7 kurang naik taksi ke lokasi ujian di jalan Taman Suropati. Karena Car free day jadi muter dan ternyata sedang ada acara di sebuah Masjid di Taman Suropati jadi rame jalannya. Plus hujan kecil pula. Setelah sampai lokasi, saya masuk ke dalam ternyata sudah banyak sekali yang hadir. Tidak menyangka sebanyak itu. Untuk jadwal pagi ada 200-an lebih sepertinya. Karena peserta dibagi tes di lantai 1 dan 2. Saya kebagian di lantai 2. Untuk nomor dan lokasi tes sudah ditempel di dinding di lantai satu.

Oke, saya jalan menuju ke atas. Antri verifikasi peserta. Rupanya antrian berdasarkan abjad awal nama. Eh, saya salah antri hehe. Lalu saya pindah antrian. Untung ada salah satu peserta pria yang mempersilakan saya antri di depannya karena menurutnya saya sudah lebih dulu antri. Terima kasih ya! (waktu itu tidak sempat bilang terima kasih) hehe :)

Ketika verifikasi ternyata peserta diberi snack kotak loh jadi lumayan buat mengisi perut. Sebelumnya saya memang tidak sempat sarapan (padahal mau ujian 3 jam) tapi bawa bekal roti plus sempat mampir ke Indomaret beli cemilan dulu. 

Sambil menunggu pukul 8 tiba, saya berdiri di luar pintu ruang ujian beserta para peserta lain. Ada yang duduk-duduk di kursi tunggu, di tangga. Ada pula yang baca-baca buku latihan soal. Waduh jadi ngeri saya kalau membandingkan dengan persiapan saya yang tidak ada apa-apanya. Bismillah sajalah. Nekat. :)

Ketika pintu ujian dibuka, saya pun masuk dan mencari nomor kursi saya. Di situ satu meja untuk berdua. Saya duduk paling ujung kanan nomor dua dari depan. Tapi masih ada lagi di kanan saya yaitu peserta pria. Karena dia ngobrol pakai bahasa Jawa dengan rekan di belakangnya kemungkinan besar ya dari Jawa. Kami sama sekali tidak bertegur sapa. 

Setengah sembilan baru mulai tesnya. Ada 3 sesi. Untuk satu sesi sudah dibatasi satu jam dan ada pembatas warna kertas soal. Kalau waktu habis tidak boleh mengulang membuka kertas sebelumnya. Isi saja semua jawaban yang masih kosong tanpa melihat soal. Oya, tidak ada pengurangan nilai. Jadi bisa atau tidak bisa menjawab, isi saja semua.

Sesi 1: 90 soal (1 jam) kemampuan bahasa
Sesi 2: 90 soal (1 jam) matematika
Sesi 3: 70 soal (1 jam)
Total 250 soal (3 jam)

Apakah semua bisa terjawab? 
Pasti bisa terjawab semua seperti yang sudah saya bilang di atas karena tidak ada pengurangan nilai.

Apakah waktunya cukup?
Tergantung kemampuan masing-masing. Cukup tidak cukup, harus cukup. Atur strategi.

Yang paling berkesan bagi saya adalah sesi 2 matematika. 90 soal dalam 1 jam itu "wow" bagi saya yang memang biasa saja. Harus cepat sekali kita menghitung. Belum lagi membulati jawaban sudah sekian detik sendiri. Kalau dihitung 3600 detik dibagi 90 = 40 detik per soal. Hmm... artinya 40 detik sudah termasuk membaca soal, menghitung dan membulatkan jawaban per soal. Karena banyak soal cerita juga. Jangan sampai keliru nomor soal juga karena pengalaman saya ikut tes psikotes itu ritual menghapus jawaban karena salah menempatkan nomor jadi menyita waktu. Rugi!

Pengambilan hasil
Selesai tes pukul 11.30 WIB. Saat itu saya mengira-ngira hasil tes saya kemungkinan besar cuma berkisar 400. Karena saya tahu betul kemampuan saya. Dag dig dug juga buka hasil nanti. Hehehe.

Oya, selesai tes peserta diminta mengisi formulir beserta alamat di amplop untuk mengirimkan hasil tes ke alamat masing-masing. Hasil dikirim seminggu setelah tes. Kalau mau diambil langsung juga bisa. Untuk peserta yang jauh seperti saya hal ini cukup membantu karena saya tidak perlu ke Jakarta cuma untuk mengambil hasil. Untuk ongkos kirim gratis. Asyik kan?

Benar saja hasil dikirim via Tiki kala itu. Saya penasaran tapi juga deg-degan. Dan saya terima berapa pun hasilnya. Toh niatnya memang coba-coba karena penasaran. Oya di lembar jawaban ada loh dituliskan sudah ikut yang ke berapa kali. Ada pilihannya sampai 10 lebih kalau tidak salah ingat. Dan ini adalah pertama kalinya saya ikut dengan modal nekat tanpa direncanakan pada hari itu.

Saya cabut ke Bandung setelah selesai tes. Siap-siap dulu sih makan siang, sholat, packing lalu ke pool X-Trans. Dan saya pusing sampai bandung. Bukan mabuk darat tapi mungkin awalnya karena ikut tes 3 jam otak terforsir lalu makan cuma sedikit. Biasanya saya pusing karena kelaparan. Lah ini sudah makan siang tetap pusing. Mungkin juga karena kelelahan kurang istirahat.

Setelah tiba kembali di daerah, ada paket buat saya. Sudah saya duga dari mana.

Well, saya buka amplop. Bismillah. Jreng-jreng! Lewat target banyak. Alhamdulillah. Target saya cuma 500 kok readers.






Sunday, September 13, 2015

Pengalaman Assessment Test: In Basket/Tray Exercise

9/13/2015 03:08:00 PM 9 Comments


Ada yang pernah ikut psikotes? Pasti banyak ya. Kalau mau mendaftar CPNS biasanya ada psikotes. Mau mendaftar sekolah kedinasan biasanya ada psikotes. Begitu pula daftar kerja di perusahaan tertentu. Tapi kali ini saya tidak akan membahas psikotes melainkan assessment test. Assessment test ini merupakan serangkaian tes yang diselenggarakan oleh suatu badan/instansi/perusahaan untuk perekrutan pegawai ke jenjang yang lebih tinggi misal kepala kantor, kepala bidang dan sebagainya. Dan lembaga yang ditunjuk untuk mengujikan assessment test tersebut adalah lembaga berwenang yang memang ahlinya di bidang psikologi.

Nah, berhubung saya baru saja mengikuti assessment test pada tanggal 2 s.d 3 September lalu di Bengkulu tepatnya Hotel Santika Bengkulu, saya mau sedikit cerita. Assessment ini bukan dalam rangka saya akan naik jabatan (promosi) loh readers. Semua pegawai di instansi saya ikut assessment cuma levelnya berbeda sesuai jabatan masing-masing di kantor. Saya ikut yang level kasi (kepala seksi). Tes yang saya ikuti ini terdiri dari psikotes, in basket, kelompok dan kuesioner di hari pertama. Lalu wawancara di hari kedua.

1. Psikotes
Kalau psikotes sih sudah pernah ikut waktu ujian masuk kuliah dulu. Begitu pula waktu diklat PIM IV lalu juga ada psikotes kepemimpinan. Jadi paling tidak sudah tahu gambarannya seperti apa. Dan ternyata memang tidak jauh beda dari yang diperkirakan. Ada tes wartegg, manajerial, gambar, persamaan dua kata, matematika dasar, dll.

2. In Basket
Baru pertama kali saya ikut tes ini. Dan memang inilah pembeda tes struktural dan bukan. Terus terang saja saya merasa kesulitan. Tak ada gambaran sama sekali. Waktu yang diberikan hanya 1 jam. Lalu ada tambahan 10 menit. Perintah cuma ada 3 yaitu membuat agenda kerja selama 2 minggu ke depan, membuat prioritas to do list, dan membalas email/surat/memo.

Pertama peserta diberi ilustrasi mengenai kondisi seseorang yang dimisalkan peserta sendiri lalu ada laporan bawahan beserta sejumlah email masuk sekitar 8 email dari atasan, bawahan, serta rekanan dengan kasusnya macam-macam. Peserta diberi kertas tambahan sebanyak 9 lembar untuk membalas email/memo. Dalam waktu yang cukup mendesak, peserta diharapkan bisa menyelesaikan semua permasalahan tersebut.

Untuk tes ini memang harus membaca ilustrasi beserta semua email yang ada dengan seksama dan dicermati isinya. Silahkan coret-coret informasi dan tanggal penting yang ada supaya bisa membuat prioritas to do list, agenda kerja dan membalas email karena ketiganya berhubungan. Tentukan solusi apa untuk masing-masing permasalahan dalam email.

Kalau saya, karena saya adalah kasi yang tidak punya staf (baru 3 bulan ini dapat staf 1 orang), maka pendelegasian ya biasa dikerjakan saya sendiri. Tidak ada yang namanya bikin memo. Kalau memo itu sudah level kepala kantor. Keseringan malah mengirim email bukan membalas. Hehe. Jadi sebenarnya tes ini sepertinya bukan level kami. Karena setelah saya keluar ruangan, rupanya bos saya juga mendapat tes yang sama. Loh kok gitu? *tepok jidat

Setengah jam pertama (diingatkan oleh assessor) sudah berlalu dan saya belum ada membuat apa-apa baik agenda, to do list maupun memo/email. Saya terlunta-lunta. Karena begitu diingatkan waktu tinggal setengah jam lagi ya saya baru selesai membaca hingga email terakhir dan corat-coret. Deg-degan donk saya. Mana harus dikerjakan pakai pena. Waduh, saya terbiasa pakai pensil dan kalau nulis pakai pena tidak bisa cepat. 

Lalu saya coba kerjakan agenda sebisa saya. Lalu loncat to do list. Terakhir membalas email/memo tapi saya kombinasikan dengan to do list karena saling berhubungan. Mungkin yang membuat lama berpikir itu karena kita harus menentukan mana yang prioritas. Dan seketika itu pula merangkai kata untuk membalas email/memo. Yang menjadi kendala juga adalah karena saya membacanya screening. Saya ambil saja mana intinya karena memang waktu terbatas sekali.

"10 menit lagi!" seru assessor lagi. Makin deg-degan lagi. Saya masih berkutat menulis memo dan to do list. 

"Waktu habis! Selesai?"

"Belom!" jawab peserta kompak.

"Tambah 10 menit lagi ya!" kata assessor.

Nah, di waktu tambahan ini saya belum membalas semua email dan juga belum menyelesaikan to do list. Makin terlunta-lunta saja. Dalam sekejab saya selesaikan email sekitar 3 hingga 4 lalu menyusul to do list. Tulisan sudah seperti ceker ayam. 

"Waktu habis!"

Huaaa selesai juga sampai kertas terakhir nulis memo. Habis kertas pas-pasan haha. Walau tidak perfect yang penting selesai. Alhamdulillah. Bisa juga saya mengerjakan. Padahal di awal-awal saya bingung ini mau dibagaimanakan? Apakah ini yang namanya power of kepepet? Hehe :)

Menurut saya, isi email-emailnya tidak mudah dicerna oleh saya. Mungkin karena saya masih anak kecil? Hehehe

Yang lucu, di awal kan diberi perintah mengerjakannya apa yaitu mengisi agenda 2 minggu ke depan. Nah, saya kira itu agenda kerja saya real loh readers. Haha culun sekali ya. Setelah masuk waktu mengerjakan, saya buka halaman selanjutnya oh ternyata yang dimaksud adalah sosok dalam ilustrasi. :) *shame on me

Biarpun sempat kesulitan waktu mengerjakan di dalam, rupanya inilah justru tes yang paling menantang. Hehe. Begitu saya keluar ruangan saya bincang-bincang dengan teman-teman lain. Ada yang agenda dan email kosong, cuma to do list yang diisi. Ada yang tidak sempat baca email sama sekali. Macam-macam pokoknya. Padahal saya sempat merasa bego waktu mengerjakan. :(

Saya nukil dari consultanthr.com, yang dicari assessor dalam in basket adalah
1. Apakah kamu memiliki visi?
2. Apakah kamu orang yang memiliki pandangan jauh ke depan?
3. Apakah kamu pandai menentukan prioritas?
4. Apakah kamu konsisten dalam bekerja? Atau sebaliknya?

Menurut http://www.selectinternational.com, The In-Basket Assessment mengukur karakteristik dan kemampuan:
  • Decision-making style
  • Empowering others
  • Interpreting information
  • Managing resources
  • Working with others
  • Written communication

Sementara menurut http://www.psc-cfp.gc.ca, in basket test ingin mengetahui kemampuan manajerial seseorang (managerial abilities) berupa:

Planning

Plans and initiates effective approaches or actions in response to organizational problems that are related to program, project, finance, and personnel or public demands. Included are such activities as planning meetings to discuss problems and action plans; initiating investigations; taking steps to prepare agenda, reports, speeches, and other documents; recommending alternative approaches; and improving or modifying programs and systems.

Directing

Provides staff with effective leadership and guidance, and establishes the necessary feedback mechanisms for monitoring activities and costs.

Analyzing

Analyzes and evaluates personnel, operational, organizational and budgetary problems. This includes identifying common elements, inter-relationships and underlying causes of problems; indicating approaches to solutions; and relating solutions to broader issues and organizational implications.

Empowering

Effectively delegates work to staff, taking into consideration their capabilities and responsibilities; ensures the effective assignment of operational functions and establishes provisions for follow-up.

Organizing

Organizes work and activities through the use of systematic time management. Develops orderly procedures and methods that will, over the long term, ensure maximum use of time and human resources. Included in this category are such activities as scheduling work systematically, using a calendar to organize activities, and critically evaluating demands on time.

3. Kelompok
Nah di sini peserta disuruh mengisi pertanyaan dalam kertas yang disediakan. Ada 3 pilihan visi instansi dan peserta diminta memilih satu lalu mengisi semua pertanyaan dalam uraian. Waktunya 15 menit saja. Lalu diskusi kelompok. Terakhir membuat ringkasan.

4. Kuesioner
Kalau kuesioner ini adalah mengisi pertanyaan sebanyak 30 soal uraian. Entahlah kalau pertanyaan yang di luar instansi ya mengarang bebas saja hehehe.

5. Wawancara
Saya mendapat sesi terakhir untuk wawancara. Jadwal awal pukul 5.20 pm - 5.50 pm. Tapi rupanya jadwal maju. Pukul 4.30 pm saya sudah harus wawancara. Deg-degan? Iya sebelum masuk ruangan. Tapi setelah masuk kok hilang ya? Hehe. 

Yang ditanya oleh assessor adalah hasil kerja di in basket. Wow! Pada mulanya saya ditanya apakah saya pernah ikut assessment sebelumnya. Saya jawab saja tidak. Lalu bercerita mengenai sosok dalam in basket. Lalu saya ditanya mengenai apa yang dituliskan dalam agenda, to do list dan email/memo. Dalam agenda itu saya ditanya kenapa mengadakan meeting pada hari sekian bla bla bla. Begitu pula to do list. Lalu saya dimintai solusi setiap email yang ada. Kalau kita lupa emailnya kita dikasih lagi kok soalnya untuk dibaca. Jadi jangan khawatir.

Dan berhubung saya membalas semua email yang ada, begitu diminta solusi, saya baca ulang itu kertas soal screening lalu tanpa butuh waktu lama pokoknya baca sambil mikir cepat apa solusinya langsung saya jawab pertanyaan assessor. Alhamdulillah semua terjawab meski tidak perfect. Intinya bisa memberi alasan setiap apa yang kita tulis, setiap apa yang assessor tanya. Ya sebatas kemampuan saya saja. Saya yakin sih jawaban saya itu cetek sekali. Ya sesuai level pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. :( 

Dan hanya 15 menit saya sudah keluar ruangan. Hebat kan? Padahal jatah waktunya 30 menit. Anggota assessor dan teman di luar bilang, "Kok cepet banget? Cuma 15 menit."

Hehe Ibu Assessor-nya sudah capek dan bosan kali ya mewawancara orang dari pagi. Jadi giliran saya yang terakhir cepat selesai. Keberuntungan saya kan readers dapat jadwal di akhir. Alhamdulillah... Saya pikir sudah setengah jam. :)


Sumber gambar : www.psychometric-success.com