Follow Us

Monday, March 26, 2018

Review Buku: Jurus Sakti Memulai Investasi Reksadana

3/26/2018 07:26:00 PM 0 Comments
Buku karya B.W.G. Rusdiansah, S.Sos ini saya temukan di Gramedia Matraman. Tepatnya kemarin Sabtu, 24 Maret saya ke sana untuk refreshing alias membeli cartridge dan binder clip. Tapi aneh rasanya kalau ke sana tidak sekalian cuci mata di bagian buku-buku. Makanya saya tidak pernah bisa sebentar kalau ke sana. Bisa jadi saya membeli buku random yang kelihatannya menarik saat di sana. Padahal awalnya tidak direncanakan akan membeli buku.


Buku terbitan Penerbit Quadrant Yogyakarta ini merupakan cetakan pertama Desember tahun 2017. Sebelum membeli saya cek dulu isinya dan bandingkan dengan buku-buku lain yang sejenis. Kenapa pada akhirnya saya memilih buku ini? Kemungkinan besar jawabannya adalah karena di buku ini dituliskan langkah-langkah investasi reksa dana online di bareksa.com. Siapa tahu nanti saya berminat dan butuh informasi tersebut sehingga akhirnya saya beli. Sebenarnya saya juga membeli buku sejenis satu lagi, kemungkinan akan saya review di posting selanjutnya ya.

Readers, apakah kamu kenal reksa dana? Saya pribadi tidak kenal pada awalnya tapi kemudian jadi ingin tahu. Mantan rekan sekantor saya dulu ada yang sudah mencoba reksa dana. Saya jadi tertarik. Selain menonton di youtube langkah yang saya lakukan adalah mencari bukunya. Sebelumnya ada teman juga yang kerja di perusahaan manajer investasi. Dia menawarkan kepada saya. Tapi perusahaannya memberi keuntungan flat per tahun sebesar 6 persen. Jadi, saya pikir-pikir dulu sambil cari tahu ilmunya dulu. Apakah lebih baik ke manajer investasi atau coba sendiri.

Buku ini menjelaskan tentang pengertian reksa dana, klasifikasi, kelebihan dan resiko, pengelolaan, biaya dan lain-lain. Sebaiknya kalian baca sendiri agar lebih jelas ya. Sekalian bantu promosi buku. :D

Kalau reksa dana sendiri dibagi menjadi 4 macam yaitu reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap dan pasar uang. Masing-masing memberi keuntungan dan risiko yang berbeda. Ada yang baik untuk jangka pendek maupun jangka Panjang. Reksa dana ada yang konvensional maupun Syariah. Jadi, kamu bisa ikut yang Syariah jika memang khawatir dengan yang konvensional.

Untuk investasi reksa dana bisa dengan cara datang langsung ke bank atau pun secara online. Yang dibahas di buku ini untuk yang online adalah bareksa.com. Kalau teman saya mencoba investasinya di indopremier.com.

Oya di buku terdapat typo mungkin istilah yang tepat seperti di halaman 63. Di bagian rumus, itu ditulis + padahal sepertinya x lebih tepat. Lalu tulisan 1000 semestinya 1100.

Di halaman 100 juga ada yang membuat saya bingung. Itu gambar sengaja dibalik atau bagaimana ya? Gagal paham saya :D

Btw, sekian review dari saya. Jika kamu berminat silahkan baca bukunya. Overall, buku ini lumayan bagus untuk pemula. 

#PerempuanBPSMenulis

Review Buku: Langsung Lancar Percakapan Sehari-hari Bahasa Jerman

3/26/2018 07:16:00 PM 0 Comments
Lama sekali rasanya saya tidak menulis review buku. Kalau mau rajin menulis sudah banyak review yang saya telurkan. Banyak tumpukan buku koleksi saya yang hanya dibaca dan tidak dibuat review. Sayang sekali rasanya kalau dipikir. Memang apa untungnya buat saya kalau menulis review? Memang tidak ada imbalan uang karena ini sifatnya sukarela dan hanya dipubikasi di blog. Tentu yang saya dapatkan adalah kepuasan jiwa yang nilainya itu priceless. Berbagi itu menyehatkan rasanya dan timbul rasa bahagia meski hanya berupa tulisan. Ketika tulisan dibaca orang dan membawa manfaat untuk orang yang membaca akan bernilai sedekah. Sedekah tidak hanya berupa harta tapi melalui hasil pemikiran/intelektual juga bisa bernilai sedekah.

Keburukan saya sampai saat ini adalah saya masih pakai mood untuk menulis. Dan kalau sudah terlewat lama membaca sebuah buku, mood sudah hilang. Rasanya sudah tidak hot lagi untuk menulis. Hal semacam inilah yang seharusnya jangan dipelihara. Tapi apa boleh dikata, itulah yang terjadi. Dan saya bersyukur saja masih tetap ada tulisan yang saya posting tiap tahunnya dari tahun 2007 meski secara kualitas tentu hanya sekelas blog suka-suka ala saya. Hehe.

Hasil gambar untuk Langsung Lancar Percakapan Sehari-hari Bahasa Jerman
Sumber: wahyumedia.com

Buku berjudul “Langsung Lancar Percakapan Sehari-hari Bahasa Jerman” karya Dian Dwi Annisa, S.Hum ini menjadi pilihan saya untuk dibaca saat pulang kampung liburan semester satu ini. Sebelum pulang kampung, saya berburu beberapa buku di Gramedia Matraman. Buku terbitan Wahyumedia tahun 2017 ini berukuran kecil sehingga mudah dibawa kemana-mana. Buku ini isinya cukup lengkap mulai dari serba-serbi tentang Jerman, tata Bahasa Jerman hingga percakapan Bahasa Jerman. Menurut saya buku ini mudah dipelajari. Banyak tabel di dalamnya yang memudahkan memahami isi bagi saya terutama untuk memahami perbandingan materi satu dengan lainnya. 

Awalnya saya mengira Bahasa Jerman itu sulit (mungkin dinilai dari tulisan yang ribet itu sih ya) tapi ternyata tidak. Hal ini dikarenakan pelafalan dalam Bahasa Jerman sama seperti Bahasa Indonesia. Hanya ada beberapa tambahan vocal. Sama halnya saat belajar Bahasa Jepang, pelafalan sama seperti Bahasa Indonesia jadi lebih mudah.

Kenapa kepikiran beli buku Bahasa Jerman? Tak ada alasan khusus sebenarnya. Sekedar ingin belajar saja. Ingin tahu seperti apakah dia karena Bahasa Jerman termasuk salah satu bahasa populer dan banyak penuturnya di dunia. Kalau sebelumnya kan saya pernah belajar Bahasa Jepang. Otodidak saja belajar bukunya. Sekedar membaca-baca begitulah istilahnya. Jadi, kali ini saya ingin mencoba Bahasa lain dan pilihan saya jatuh ke Bahasa Jerman.

Apakah kamu berminat?



#PerempuanBPSMenulis

Tuesday, March 20, 2018

Jalan Malam Sendirian Takut Ketemu Orang Jahat?

3/20/2018 09:14:00 PM 0 Comments

Semalam, sekitar pukul 19.00 lebih saya berjalan di jembatan penyeberangan Salemba UI sendirian. Tiba-tiba dari arah belakang kanan saya seorang bapak sekitar usia 50-an muncul dan mengajak saya mengobrol sembari berjalan. Sejujurnya saya kaget dengan kemunculan Bapak itu. Bicaranya sih halus ya dan sopan.
"Kuliah di sini?" tanya Bapak itu.
"Iya, Pak."
"Saya habis sholat di masjidnya," lanjut Bapak itu. 

Bapak itu kemudian bercerita kalau dia naik angkot M01 lalu kelewat dan turun di Masjid ARH UI untuk sholat magrib. Samar-samar saya mendengar Bapak itu cerita kalau dia baru sadar setelah turun dari angkot itu bahwa dompetnya hilang (jika tidak salah dengar ya karena suaranya tidak begitu kencang dan kami sambil terus berjalan). 

Saya pun jadi waspada. Ini benar atau tidak ya. Saya pun langsung memegang tas ransel saya di belakang niat hati mengecek kalau-kalau resletingnya terbuka. Syukurnya masih aman. Jujur saya ada rasa waswas kalau Bapak itu orang jahat. 

Sewaktu kami menuruni tangga, Bapak itu cerita kalau dia mau ke suatu tempat dan tidak punya uang. Saya makin cemas dalam hati. Takutnya Bapak itu mau minta duitlah ya. Malak atau apalah hipnotis mungkin. Duh, curigaan sekali saya ya.

Lalu saya bilang saya mau mampir ke sebelah kanan ada Alfa Midi. Dan kami pun berpisah di situ. Setelah saya keluar dari Alfa Midi, Bapak itu sudah tidak kelihatan. Lega...

Ya Allah, saya benar tidak tahu apakah Bapak itu jujur atau tidak. Jika memang jujur, semoga bisa pulang ke tujuan dengan selamat. 


Reaksi Jika Orang Minta Uang

3/20/2018 11:59:00 AM 0 Comments

Ketika saya pulang dari pasar berjalan kaki menuju kosan, sesampai di depan kosan ada seorang ibu tua (belum tua-tua amat) yang memang sering duduk di depan kosan, duduk di tempat yang sama. Saya jadi hapal dengan ibu itu. Saya kan biasa menyapa ya kalau lewat minimal senyumlah walaupun tidak pernah tahu siapa namanya. 

Saya hapal ibu itu juga karena beberapa kali saya buang sampah, ibu itu memungut botol aqua bekas yang saya buang. Nah, pagi tadi, kok tumben ibu itu tidak mengambil ya. Lalu sepulang saya dari pasar, ibu itu berkata sesuatu ke saya. Saya tidak mendengar dengan jelas. Saya pikir ibu itu mau minta makanan saya. Ada gorengan bakwan dan tempe di dalam plastik tampak dari luar karena transparan. Begitu saya mendekat agar mendengar dengan jelas, eh tak tahunya ibu itu bilang begini, "Minta uang 10 ribu buat makan."

Astaghfirullah. Saya saja ini tidak kerja, saya cuma mahasiswa. Di sini ngekos alias bayar. Semua serba bayar. Yang saya heran, kok ibu itu bisa begitu ya? Saya sering melihat ibu itu merokok. Harga rokok lebih mahal dari 10 ribu kan? Itu sanggup beli. Lah ini kok minta untuk makan?

Saya pun ngeloyor pergi masuk kosan. Aneh pikir saya. Kalau sekali saya kasih nanti ngelunjak takutnya. Bisa jadi kebiasaan nanti malah tidak baik buat saya. Bukan bermaksud pelih nih ya tapi saya memikirkan kemungkinan yang bakal terjadi. Lagian ibu itu tampak sehat kok. 

Terus terang saya tidak suka dengan orang-orang begitu.

Pemalakan halus nih namanya. :D


Foto Bak Musim Semi di Jepang? Ke Cimory Riverside Yuk!

3/20/2018 06:16:00 AM 0 Comments
Hai... Kali ini saya akan cerita tentang perjalanan saya ke Cimory Riverside sabtu lalu tanggal 17 Maret 2018. Setelah stres berkutat dengan tugas kuliah sampai tepar rasanya hari jumat, sabtunya saya refreshing ke Cimory Riverside Bogor. Kok Cimory? Bukannya Cimory itu merk minuman yogurt? Iya betul Cimory memang terkenal produk yogurtnya. Tapi ini adalah tempat wisatanya ya. 


Pagi pukul 6 kami janjian di Mc D Salemba. Seperti biasa ya jam Indonesia itu karet, jadi hanya saya yang tidak telat. Ketiga orang lainnya datang terlambat. Hufft...

Ok, kami berangkat menuju Bogor. Teman saya yang nyetir sendiri. Di tol, kami sempat singgah dulu ke Starbuck sambil menunggu kemacetan berkurang. Minum-minum dulu lumayan untuk mengganjal perut. Saya pesan Macadamia yang kata pelayannya sih menu baru. Saya beli ukuran kecil yang panas seharga 56 ribu. Begitu saya coba, rupanya tidak cocok di lidah saya alias kurang manis dan biasa saja sih. Mana macademianya? 

Padahal di Mc D sebelumnya saya sempat beli lemon tea ice dan belum saya minum. Niatnya pagi-pagi mau beli french fries ternyata tidak ada. 

Ok, kami lanjut lagi. Tiba di Cimory, kami putuskan ke zoo dengan membayar tiket masuk seharga 15 ribu rupiah. Murah ya? Ada pilihan lain juga sih seperti aquarium monster tapi teman-teman memilih ke situ. Kemungkinan karena ingin mencari spot yang bagus untuk berfoto. Padahal saya ingin lihat piranha di sana. Wah, belum kesampaian deh.

Dan ternyata benar, pemandangannya cantik untuk foto-foto. Berasa musim semi di Jepang loh. Waduh sok tahu deh emangnya sudah pernah ke Jepang pas musim semi? Belum sih, pernahnya musim dingin. Itu karena nuansa pohon yang tertangkap di foto nampak seperti pepohonan musim semi. Hihi :)

Bunga berguguran, cakep kan nuansanya? 

Cantik ya bunga-bunga?

Pagar pinggiran sungai ini mengingatkan saya akan Sumida River

Sekitar pukul 12 siang rupanya hujan deras mengguyur Cimory. Untunglah kami sudah berada di restorannya menyantap makan siang. Untuk menu, ya mirip-mirip seperti Solaria dengan harga yang lebih mahal tentunya. Kami pun patungan alias share biar hemat :D

Sebelum pulang, kami menuju factory outlet-nya. Ada banyak yang dijual di sana. Pastinya produk susu, coklat dan berbagai snack. Kalian pasti kenal produk Cimory kan? Kalau yang beredar luas itu yogurtnya. Saya sih suka ya untuk yogurt, yang plain. Tapi di sini kamu bakal nemu lebih banyak lagi produk jenis lainnya. :)

Pulangnya, kami dadakan menuju ke Museum Macan. Padahal sudah amat pegal kaki ini. Aji mumpung. Cerita tentang Museum Macan sudah saya share di posting sebelumnya ya. :)

Sampai jumpa di posting berikutnya!

Monday, March 19, 2018

Lelahnya Mengantri Infinity Room Museum Macan

3/19/2018 10:38:00 AM 0 Comments
Hai Readers! Kalian sudah pernah ke Museum Macan? Kalau sudah pernah, kemungkinan sudah pernah masuk infinity room ya? Bagaimana rasanya?


Berasa seperti mau mengantri nonton konser ya panjangnya? Melelahkan...

Satu setengah jam mengantri hanya untuk 30 detik di dalam ruangan. Worth it tidak?

Buat kamu yang belum pernah ke sana, bisa buat ancang-ancang kalau memang mau ke sana nih dan mau masuk, perkiraan mengantri sekitar satu setengah jam ya. Pegal deh kaki berdiri selama itu. :)

Apa sih infinity room? 
Sebenarnya sih cuma ruangan kecil yang kanan kirinya ada air lalu lampu-lampu warna warni. Nah, masuk ke situ cuma bisa 30 detik saja. Maksimal hanya bisa untuk 2 orang. Tak ada tambahan waktu ya. Tetap 30 detik meski 2 orang. 

Lalu, masuk ke dalam mau apa?
Foto! Hari gini ya siapa yang tidak suka foto? Tapi bayangkan saja 30 detik cuma bisa sekian kali cekrek lalu ada yang menggedor pintu pertanda harus keluar. Di luar ada penjaganya. Di dalam juga ada. :D

Semacam foto box lah ya jadinya. Memang ruangan itu yang jadi daya tarik sih. Saya tidak tampilkan contoh fotonya ya Readers kalian bisa lihat di instagram ada banyak yang upload. :D

Ada apa lagi di sana? 
Banyak spot untuk foto-foto sih sebenarnya. Karena kan itu museum seni ya jadi banyak foto-foto/lukisan. Saya sih cuma lihat-lihat. Kebetulan baterai hp saya habis. :D

Sejujurnya saya tidak mengerti alias tidak memahami lukisan-lukisan abstrak di sana. Mungkin karena saya tidak punya jiwa seni ya. Waktu melihat satu lukisan lalu lihat judulnya, wah kok tidak nyambung perasaan tapi kok begitu judulnya. Yah begitulah kira-kira.

Ada juga ruangan yang dindingnya banyak bergelantungan piringan plastik bergambar dan disusun sedemikian rupa. Artistik? Mungkin ya bagi yang berjiwa seni, tapi bagi saya orang awam ya cuma menganggapnya cuma sebuah tempat yang ok untuk foto. :D

Berapa tiket masuk?
Kemarin itu hari Sabtu harga tiket Rp. 50.000 per kepala.


Di mana lokasinya?
Di Jakarta Barat. Google map saja ya pasti ketemu. :D



Ok, sekian sharing saya hari ini. Sampai jumpa posting berikutnya. :)


Friday, March 16, 2018

Plagiarisme Artikel Blog Part 3

3/16/2018 10:55:00 PM 0 Comments
Astaghfirullah... saya kembali menemukan plagiarisme artikel blog saya. Kali ini adalah artikel yang berjudul "Ini Tentang Mimpi Seseorang yang Sama Berkali-kali."

Sebenarnya saya posting plagiarisme ini gegara 2 hari ini kok artikel tersebut sepi pengunjung. Padahal biasanya paling banyak pengunjung. Heran deh kenapa.

Ok, lanjut cerita...



Tentu saja, lagi-lagi adalah posting populer yang kena plagiat. Itu satu artikel penuh dikopi begitu saja. Dan sepertinya memang blogger pemula juga ini karena isi artikel cuma sebiji itulah. 

Masih tidak mengerti rasanya kenapa orang memlagiat artikel saya. Karena artikel saya itu artikel yang bukan berisi teori, tutorial ataupun ide-ide bernas yang memang patut untuk diplagiat. Kisah pengalaman itu kan semestinya muncul dari orang masing-masing. Bukan asal jiplak begini. Weleh-weleh...

Malas menulis? 

Tanya kenapa?

Artikel mana lagi yang kena plagiat ya? Lama-lama bisa banyak ini... :D




Tanda Butuh Liburan...

3/16/2018 03:32:00 PM 0 Comments
Ketika kamu sudah merasa bosan, stres, lelah hati, pikiran, dan juga raga, atau hal-hal yang tidak mengenakkan lainnya, itu pertanda kalau kamu butuh liburan. Ya, setidaknya itu bagi saya. Seringkali saya merasakan hal-hal di atas. Rasanya butuh suasana baru kehidupan baru supaya hidup jadi lebih hidup. Bukan hanya sekedar menjalani rutinitas yang itu-itu saja.


Ketika saya jalan-jalan, saya merasa bahagia. Bebas rasanya hidup ini. Tidak perlu ingat mau mengerjakan ini itu. Tahunya adalah menjalani apa yang ada di depan mata. Dan have fun!

Lelah kaki melangkah tapi hati riang. Lelah juga duitnya ya tapi worth it. Jadi tak ada penyesalan. Justru menjadi pengalaman berharga.

Mungkin kamu pernah heran kenapa orang hobi sekali jalan-jalan? Menghabiskan duit saja itu mending duitnya dikemanakan begitu ya investasi aset atau apalah. Iya kamu benar sekali. Uang yang dihamburkan untuk jalan-jalan itu memang akan sangat baik sekali jika diarahkan menjadi investasi berupa aset karena semakin bertambah tahun aset akan jauh lebih mahal harganya. Sementara liburan, uang habis begitu selesai liburan. Kamu tidak punya apa-apa setelah itu. Kecuali oleh-oleh yang kamu beli yang biasanya sih tidak bisa dijual lagi alias sayang juga dan siapa juga yang mau beli?

Untuk orang yang banyak duit sih tidak masalah ya mau jalan-jalan ke mana saja kapan saja. Tapi bagi yang terbatas kemampuan finansialnya? Jelas mending untuk pemenuhan kebutuhan primer ketimbang jalan-jalan. Justru tidak kepikir mau jalan-jalan.

Semua itu betul dalam kehidupan ini kita pasti punya prioritas masing-masing. Jalan-jalan bisa diagendakan kok karena sifatnya tidak wajib seperti makan-minum kecuali yang memang pekerjaannya menuntut itu ya. 

Untuk me time, boleh donk ya kita menikmati hasil kerja sendiri untuk kebahagiaan diri sendiri. Saya memang punya keinginan untuk bisa mengagendakan jalan-jalan ke suatu tempat ini dan itu. Tak perlu buru-buru juga. Kapan saya senggang dan momennya pas begitu ya. 

Kalau yang sudah pernah jalan-jalan dan merasa bahagia sih pasti setuju dengan saya. Benar loh ini yang saya alami begitu. Makanya saya ingin kembali jalan-jalan. Semoga segera... Aamiin. 



Wednesday, March 14, 2018

Apakah kamu Deadliner? Cek 4 Kerugiannya di sini!

3/14/2018 11:19:00 AM 0 Comments
Sebenarnya saya sendiri heran kenapa sekarang ini saya menjadi seorang deadliner. Padahal dulu saya bukan tipe demikian. Saya tipe yang prepare jauh hari. Saya kerjakan tugas jauh hari jadi tidak terburu-buru saat deadline. Tapi di semester satu kemarin saya merasakan perubahan pada diri saya tersebut dan saya menyadarinya.

Saya sendiri sempat merasa hal ini tidak benar. Saya harus berubah. Saya perhatikan, rata-rata teman sekelas saya juga deadliner. Mereka betah begadang di malam harinya demi mengumpul tugas esok hari.

Jika rata-rata pun sama, maka apakah saya tergolong benar?

Saya tetap merasa tidak benar. Karena pola deadliner ini merugikan menurut saya. Merugikan bagaimana?

Kerugian 1
Yang jelas adalah pola tidur saya terganggu. Jadi hal itu mengganggu rencana saya untuk bangun jam sekian misal. Saya mau sholat malam misal jadi terganggu karena tidur kemalaman.

Kerugian 2
Deadliner bisa santai di awal-awal tapi terburu-buru di akhir. Istilahnya berpacu dengan waktu. Pekerjaan jadi tidak maksimal dikerjakan. Waktu untuk evaluasi dan perbaikan jadi tidak ada lagi.

Kerugian 3
Ketika sudah kepepet biasanya ide baru muncul. Nah, hal begini yang membuat pekerjaan tidak maksimal juga karena ide yang banyak bermunculan jadi tidak tertampung semuanya.

Kerugian 4
Kalau sampai terlena, bisa telat mengumpul tugas. Kasus begini terjadi di kelas saya. Alhamdulillah saya belum pernah telat. Jangan sampailah ya.

Penyebab?
Sebenarnya apa sih penyebabnya bisa menjadi deadliner? Saya pikir tiap orang punya kondisi masing-masing. Saya dan teman saya pasti punya alasan masing-masing. Kalau saya pribadi adalah rasa berat untuk memulai itu yang paling dominan. Lalu ide yang belum muncul menjadi penghambat.

Kalau jaman dulu, teman saya adalah deadliner. Saya ingat sekali dia bilang kalau sudah kepepet ide baru muncul. Nah, kala itu saya tangkap omongan dia di otak saya. Berhubung saya bukan deadliner kala itu jadi ya saya tidak merasa hal yang bagaimana begitu ya. Paling sih cuma heran saja. Oh begitu ya. Dan tidak tahunya sekarang saya merasakannya sendiri. Saya pun jadi heran dengan diri saya sendiri.

Saat ini saya sedang berjuang untuk kembali menjadi diri saya yang dulu. :)

Bagaimana denganmu? Apakah kamu deadliner? Apa suka dukamu?

Ketika Malas Menyerang, Begini Trik-Trik Mengatasinya...

3/14/2018 10:41:00 AM 0 Comments
Kalian pernah mengalami kemalasan seperti saya tidak ya? Seringkali saya merasa berat sekali untuk mengerjakan tugas dan mood saya lebih untuk mengerjakan sesuatu yang lain. Bagaimana ya membangun mood itu?


Yang saya rasakan ketika kumat malas itu datang adalah berat sekali rasanya untuk memulai. Ya... kata kuncinya ada di kata memulai. 

Ada ide?

Kalau saya sedang dalam kondisi demikian, saya sadar dan berpikir saya harus menemukan cara untuk mengatasinya. Karena bagaimana pun saya harus mengerjakan. Berikut di antaranya trik yang saya lakukan untuk mengalahkan rasa malas.

Trik 1
Seringkali saya targetkan untuk melakukan yang saya mood dulu, nanti jam sekian saya baru mengerjakan tugas. Itu trik saya.

Trik 2
Saya tidur dulu. Setelah bangun tidur keesokan harinya baru saya mulai mengerjakan.

Trik 3
Buka lembar kerja, minimal buat draft judul, dan kerangka lain seperti subbab untuk pemanasan. Kalau adrenalin sudah naik dan menemukan titik terang biasanya akan betah lama-lama mengerjakan.


Bagaimana denganmu? Ada yang mau share triknya?

Sunday, March 11, 2018

Kenapa Saya Menulis?

3/11/2018 01:19:00 PM 4 Comments


Sebenarnya, kenapa sih saya menulis? Apa yang saya peroleh dari menulis blog begini? Mana sudah sangat lama lagi saya menulis di sini dan masih tetap bertahan walau saya tidak mendapat keuntungan apa pun.

Saya menulis karena memang ingin menulis, bukan karena paksaan atau hal lain. Saya menulis karena ingin berbagi. Dan menulis di blog ini ternyata adalah salah satu upaya eksternalisasi dalam istilah knowledge management yang saya pelajari yaitu penyaluran dari tacit knowledge ke explicit knowledge . 
Tacit berarti pengetahuan yang berada di diri seseorang, yang melekat pada diri seseorang. Sementara explicit adalah pengetahuan yang dituliskan dalam bentuk tulisan dan semacamnya. Nah, saya tidak pernah menyadari bahwa selama ini saya telah melakukan knowledge management sampai akhirnya saya belajar mengenai knowledge management itu sendiri. Subhanallah.

Jadi, apa yang saya bagikan di sini bisa menjadi pembelajaran bagi siapa pun yang belum pernah mengalami agar menjadi pelajaran yang bermanfaat yang bisa dipetik hikmahnya dalam kehidupan.

Saya menulis juga dalam rangka supaya bisa menjadi peninggalan di kala saya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Saya berharap semoga google akan tetap eksis dan tidak menghapus blogger sehingga tulisan saya akan tetap ada selama apa pun dan bisa dibaca orang. Jika saya menggunakan TLD (top level domain) saya khawatir jika suatu saat saya meninggal maka tidak ada yang memperpanjang domain dan hosting maka blog saya tidak akan bisa dibuka. Sia-sia saya menulis sebanyak apa pun jika tak bisa diambil manfaatnya untuk orang lain.

Bukankah hadis Rosul mengatakan bahwa orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain? Jika memang tidak bisa melakukannya dalam dunia nyata semoga melalui tulisan ini bisa menjangkau publik yang lebih luas. Tetap bisa menjadi orang yang bermanfaat meski hanya lewat sumbangsih pikiran yang tertuang dalam tulisan. Aamiin.

Dan tulisan akan tetap bisa dibaca orang meskipun kita sudah meninggal. Selama ada orang yang mendapat manfaat dari tulisan kita, semoga akan tercatat pahala untuk kita. Maka itu, mari tinggalkan tulisan sebanyak-banyaknya selama masih hidup di dunia.

Saya menulis ketika memang saya ingin menulis. Tak pernah saya memikirkan apakah akan menjadi hit atau tidak. Ketika menulis, saya tak pernah tahu bahwa artikel ini akan hit, artikel itu tidak. Saya juga tidak melakukan pencarian keyword mana yang bakal hit dan banyak dicari orang. Saya menulis santai saja. Ada yang membaca alhamdulillah, jika pun tidak tak mengapa. Semacam catatan sejarah saja begitu ya. Ya siapa tahu di kemudian hari ada yang membaca.

Saya yakin saja semakin banyak konten maka akan semakin banyak orang menemukan blog saya karena yang mereka cari ada di blog saya. Sederhana saja berpikirnya. :)

Kalau saya perhatikan, sepertinya genre (ceileee genre) menulis saya adalah menulis santai yang lebih banyak ke cerita pengalaman. Sementara teman saya ada yang genre-nya itu menulis tentang uneg-uneg alias perasaaan (baca: curhat). Saya menyadari tiap orang itu unik yang mempunyai genre-nya masing-masing. Zona nyamannya beda-beda ya. Biar dunia makin ramai. :)

Bicara tentang temuan saya kemarin di posting plagiarisme, sebenarnya kejadian itu di luar perkiraan saya. Kalau ada yang plagiarisme berarti ada yang membaca tulisan saya. Itu sajalah ya santai saja. Hihi lucu saja menurut saya. Kalau tulisan tutorial, teori atau ide yang bernas-bernas itu wajar untuk diplagiat tapi tulisan kisah perjalanan rasanya aneh ada yang plagiat. Tapi rupanya itu terjadi juga di blog saya. Sungguh! Tak habis pikir rasanya. Hmm, memang orang Indonesia itu ada-ada saja idenya. Readers bisa baca posting saya sebelumnya untuk tahu kelucuan orang memplagiat tulisan saya. :)

Ok, sekian saja sharing hari ini. See you next posting!




Saturday, March 10, 2018

Plagiarisme Artikel Blog Part 2

3/10/2018 01:57:00 PM 0 Comments
Saya melanjutkan cerita plagiarisme konten blog saya ya Readers. Gatal rasanya jika tidak segera menceritakan. Kali ini adalah artikel saya yang lain yang kena plagiat yaitu "Cara Menghapus Iklan di Chrome." Sebenarnya saya tahu ini sudah lama karena memang artikel ini jaman dulu termasuk konten populer blog ini, tapi baru kali ini saya bahas.

Mereka (baca: para penjiplak) persis menjiplak kalimat saya. Perubahan hanya pada judul saja ditambah kata Google atau Youtube dan lain-lain. 

Berikut hasil penelusuran saya. Yuk simak!

Dua links (nomor 2 dan 4) di bawah sudah tidak bisa dibuka.



Penjiplak berikut sepertinya blogger pemula. Coba lihat tanda lingkaran merah yang saya buat, di sana terlihat bahwa artikel saya menjadi artikel pertama blog tersebut. Mungkin masih coba-coba membuat blog. Baru belajar posting. :D



Penjiplak berikut juga sepertinya sama dengan di atas, blogger pemula. Lihat saja tanda lingkaran merah yang saya buat, di sana terlihat bahwa artikel saya menjadi artikel pertama juga di blog tersebut. Yang ini malah masih baru sekali tahun 2017. :D



Untuk yang di bawah ini, masih mending dia tulis sumbernya. Tapi dia tulis di bagian bawah 'sorry for copas O:)' Btw, itu emoji tersenyum atau heran atau apa ya? Kok bilang sorry-nya di situ? Ada-ada saja. Oh dunia! Saya harus tersenyum atau apa nih tepatnya? Senyum saja deh biar awet muda. :D





Sekian sharing saya hari ini. Saya tidak tahu apakah masih ada artikel lain yang kena plagiat. Jika ada, akan saya sharing lagi di kemudian hari. :D

Untuk kalian yang sudah menuliskan tulisan saya dalam blog kalian terima kasih banyak ya kalian sudah membantu menyebarluaskan pemikiran/tulisan saya tanpa saya minta. :D

Semoga semakin banyak tulisan bagus yang bisa saya hasilkan di kemudian hari yang bermanfaat buat orang lain. Aamiin. :)


Plagiarisme Artikel Blog Part 1

3/10/2018 11:57:00 AM 0 Comments

Saya baru saja iseng-iseng mengecek konten artikel saya di blog ini khususnya untuk konten populer. Saya pilih satu artikel dan taraaa! Saya menemukan bahwa artikel tersebut teridentifikasi diplagiat oleh website lain. Oh My God!

Saya tak menyangka tulisan sederhana blog saya ini pun tak luput dari plagiarisme.

Kenapa saya bilang plagiat? Karena artikel yang tertulis di sana sama persis atau sedikit mengubah-ubah kalimat saya dan juga tidak mencantumkan sumber tulisan. Nah, ini tulisan diubah-ubah sedikit dan ditambah narasi seolah-olah menjadi tulisan dia.

Sebenarnya, plagiarisme ini tidak merugikan saya secara materi tapi merugikan blog saya karena pengunjung tidak datang langsung ke blog saya jadinya. Padahal seharusnya blog saya bisa mendapat lebih banyak trafik dari konten yang saya buat. Berikan saja deskripsi singkat lalu link menuju tulisan saya. Minimal tulislah sumbernya. Jadi, orang tahu bahwa itu tulisan dari blog saya.

Menyakitkan tidak sih rasanya tulisan karya sendiri seolah menjadi tulisan orang lain? Hmm, saya tidak ambil pusing soal ini sih. Biarlah orang itu sendiri yang bertanggung jawab atas perbuatannya. :D

Berikut adalah hasil penelusuran saya di artikel asli saya berjudul "Cerita Pengalaman Umroh."

Bukti plagiat 1

Berikut terdeteksi bahwa konten saya diplagiat oleh situs yang tertera di gambar berikut ini. Bisa kalian baca nama situsnya.



Berikut bukti tulisan yang diplagiat. Di situ diceritakan bahwa Karmin dan Langgeng pergi ibadah umroh dan menceritakan kisah perjalanannya di situs itu. Padahal yang ditulis di situ kisah saya. Miris.



Nah, pada gambar di bawah jelas ditulis di paling akhir paragraf dalam kurung Langgeng & Karmin. Seolah-olah merekalah penulis kisah tersebut. Di tulisan tersebut juga tulisan saya dipotong sampai multazam saja. :D



Berikut penampakan website aslinya. Entah benar atau tidak, seolah-olah itulah Langgeng dan Karmin yang sedang tersenyum ceria di tanah suci. 




.....................................................................................................................

Bukti plagiat 2

Artikel saya yang sama juga diplagiat oleh situs berikut ini. Di situ ditulis siapa penulisnya. Bisa dilihat tanda merah yang saya buat.



Tulisan di bawah ini adalah tulisan saya yang dia ubah kata ganti milik 'aku' menjadi 'dia' seolah-olah dia sebagai orang ketiga yang berbicara. Namun plagiat itu tidak sempurna seperti temuan bertanda merah berikut ini.




Memang plagiat tidaklah sempurna. Banyak typo di sana. Selain itu, dia mengubah 'Mekah' menjadi 'Makkah'. :D



Padahal di bawah sana dengan jelas ditulis bahwa penulis adalah mahasiswa pasca sarjana universitas islam dan juga peneliti. Benarkah itu? Wallahu'alam.





Kira-kira begitulah penelusuran saya Readers. Ternyata tulisan ringan kisah perjalanan pun diminati untuk diplagiat. Saya sadari tulisan saya bukanlah tulisan yang 'wow' tapi ternyata ada-ada saja pihak yang mengambil tulisan tanpa ijin dan mengklaim seolah itu tulisan mereka.

Saya juga menyadari bahwa blog saya juga bukan blog populer. Apalagi saya juga masih pakai hosting google yang gratisan. Saya sih sebenarnya tidak mengambil pusing hal seperti ini. Hanya merasa lucu saja bisa menemukan seperti dua temuan di atas itu yang sudah saya bahas. :D

Itu saja dulu ya. Sebenarnya saya menemukan plagiat di artikel saya yang lain. Mungkin nanti akan saya ulas lagi di posting berikutnya.



..............................................................................
Update: ternyata saya kembali menemukan plagiat posting saya ini. Gatal rasanya tidak segera saya tulis. :D

Bukti plagiat 3


Ini temuan satu lagi. Masih baru ya Oktober 2017. Saya lihat di blognya cuma ada 4 artikel. Dua artikel copas dari satu artikel saya yang dia pisah menjadi Masjid Nabawi dan Masjidil Harom. Itu ada fotonya pula nampang. Entah benar atau tidak, jika memang benar, oh ternyata itu orangnya. Hmm... kamu ketahuan :D




Di posting berikut ini dia ganti kalimat saya yang saya lingkari merah di situ. Begitu pula yang saya garis bawah merah. Aslinya tidak begitu. Kreatif juga ya ada upaya untuk mengganti. Kalau ke bawah-bawahnya banyak foto dia. Setelah pulang umroh, kok ya copas tulisan saya, Mas? :D



Plagiarisme atau Bukan?

3/10/2018 12:40:00 AM 0 Comments
Beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 24 Februari saya submit sebuah paper saya ke conference. Niat hati coba-coba siapa tahu lolos. Kemarin saya mendapat email bahwa paper saya dinyatakan tidak lolos. Alasannya? Tertulis di sana:
due to similarity

Dikatakan bahwa kesamaan melebihi ambang batas. Ok, tak apa saya terima. Tadi saya coba cek-cek kalimat di paper saya paragraf demi paragraf di free online checker. Memang betul terdeteksi plagiarism. Bagian tinjauan pustaka itu yang paling rentan seperti yang dibilang dosen saya. Saya berpikir, di bagian ini kan memang saya mengutip dari berbagai jurnal dan buku dan di sana saya tulis sumbernya juga. Tapi rupanya masih tetap dianggap plagiarism ya oleh online checker. Saya bertanya-tanya, jadi tidak boleh mengutip? 

Dosen saya menyarankan supaya bagian itu disingkat dan pakai kata-kata sendiri. Oke, saya coba memahami. Berarti kutipan dari jurnal atau buku tidak boleh sama persis dengan kalimat aslinya (meski sudah ditulis sumbernya di situ). Semuanya harus diterjemahkan dulu dalam bahasa sendiri. Tulis pakai bahasa sendiri. Ingat itu readers. 

Parafrase? Online checker pun ada yang bisa mendeteksi parafrase. :D

Baiklah saya mengerti. Saya akan coba rombak paper saya itu. Kalau masih ada keinginan, saya ikutkan conference yang lain. Kalau pun tidak saya ikutkan ke conference berikutnya, bisa untuk memenuhi kewajiban yang lain. Padahal saya sudah sempat minta tolong teman native saya untuk cek grammar. Teman yang lain malah mau memberi hadiah kalau lolos. Hihi ya sudah tak apa. Belum rejeki. Saya pun juga mikir kalau lolos harus bayar 400$. Oh My God... mahal sekali. 

Apa yang terjadi itu menjadi pembelajaran buat saya. Terima kasih. Hmm saya berpikir, mending saya tulis saja pakai bahasa Indonesia dulu lalu terjemahkan pakai bahasa Inggris pakai google translate atau terjemahkan sendiri pasti tidak akan ada kesamaan ya. Hehe. Dobel kerja tapi ini.

Sebenarnya, saya tak tahu penyebab pasti apakah karena memang peraturannya mengutip itu tidak boleh sama persis walau dicantumkan sumbernya, ataukah karena paper saya pernah di upload seseorang tak dikenal di sebuah website. Meski sudah dihapus karena ketahuan pelakunya, tapi di pencarian google masih muncul. So sad... Salah seorang dosen bilang kalau paper sudah pernah diupload di mana pun itu tidak akan pernah lolos di conference atau jurnal. Karena mereka punya online checker.

Saya jadi penasaran penyebabnya yang mana. Kalau setelah saya perbaiki misal, masih juga tidak lolos berarti penyebabnya adalah... Hanya Tuhan yang tahu :D

Okelah tak apa. Pembelajaran yang sangat berharga. Semoga kalian bisa belajar dari pengalaman saya. :)




Friday, March 9, 2018

Apakah Kamu Seorang Pack Rats?

3/09/2018 10:33:00 PM 0 Comments
Hari ini saya mendapat istilah baru yang ingin saya bagi ke kalian. Apakah itu? Pack Rats! Dalam pengertian sebenarnya, pack rats memang sejenis tikus ya. Tapi dalam istilah yang ingin saya bahas di sini pack rats adalah sebutan untuk tipikal orang-orang yang suka menyimpan barang misalkan saja majalah selama bertahun-tahun.

Kalau kamu adalah tipe yang begitu selesai membaca atau pun tidak lama setelah membaca maka majalah itu akan kamu buang atau berikan ke orang lain, maka kamu bukan pack rat.

Saya sendiri adalah tipe pack rat. Saya suka menyimpan barang-barang sampai bertahun-tahun apalagi kalau itu adalah buku. Paling-paling ibu saya yang pada akhirnya membumihanguskan barang-barang saya seperti buku-buku jaman SD-SMA dulu. Yang tersisa tinggal buku-buku jaman kuliah. Rasanya sayang begitu kalau harus membuang buku-buku saya. Saya punya keinginan mempunyai perpustakaan sendiri di rumah. *make a wish*

Kalau kamu bagaimana? Apakah kamu pack rats?

Monday, March 5, 2018

Pengalaman Membuat Kritik Paper

3/05/2018 09:30:00 PM 0 Comments
Adakah kalian pernah membuat sebuah kritik paper? Sepanjang dua semester yang sedang saya jalani ini saya mendapat tugas membuat kritik paper sebanyak dua kali. Pertama kali adalah di semester satu di mata kuliah Pemerintahan Cerdas (e-Gov). Dan kedua adalah di mata kuliah Knowledge Management. Paper yang dikritik adalah paper dari jurnal internasional yang tentunya berbahasa Inggris dan terindeks Scopus.



Pengalaman pertama

Karena belum pernah membuat sebelumnya makanya masih meraba-raba. Asisten dosen menjelaskan bahwa kritikan harus disertai sanggahan dari paper lain misal. Panduan kritik paper diberikan poin-poinnya namun tidak diberi contoh realnya seperti apa. Jadinya saat itu saya membuat kritik paper sepenafsiran saya saja. Yang paling mudah adalah kritikan redaksional. Mulai dari redaksi kalimat jika ada typo mungkin atau pun salah kata yang seharusnya lima ditulis empat dan lain-lain. Paper penyanggah pun tidak banyak saya sertakan karena memang sedikit nemu yang pas dan selaras dengan judul yang saya ambil.

Kesulitan yang saya alami diantaranya adalah terlalu lama mencari dan memilih paper mana untuk dikritik. Rasa-rasanya kala itu kok tidak nemu-nemu yang pas. Padahal sudah terkumpul banyak paper di folder laptop saya. 

Semua mahasiswa diminta untuk menuliskan judul paper yang dikritik di forum web kampus sehingga tiap mahasiswa tahu judul-judul paper yang dikritik. Bahkan ada teman saya yang ganti paper gara-gara sama judulnya dengan teman lain. Padahal sih sebenarnya tidak masalah karena cara mengkritik pasti berbeda. Tapi teman saya tidak mau atas pertimbangan takut dibandingkan hasilnya. 


Pengalaman kedua

Deadline tugas baru kelar tanggal 4 Maret 2018 23.59 pm kemarin. Saya mengerjakan hampir 12 jam sampai proses upload. Haduh, libur-libur juga ya mengerjakan tugas. :) Lega rasanya setelah kelar semoga hasilnya baik. Aamiin. Berangkat dari pengalaman pertama, tentu harus ada perbaikan ya.

Kalau saya bandingkan hasil kritikan pertama dan kedua tentu sangat berbeda. Memang pengalaman itu adalah ilmu yang sangat berharga. Biarpun tidak mendapat feedback dari kritik paper pertama, bahkan nilai pun saya tak tahu, tetap saja jadi bahan pelajaran. 

Di kritik paper kedua ini, dosen memberi panduan kritik juga. Dan enaknya kali ini disertai contoh kritik paper dari kakak tingkat yang lalu sebanyak 3 files. Alhamdulillah bisa jadi bahan belajar. Tentunya no plagiarism ya. Jangan sampailah. Bahaya!

Karena waktu sudah mepet, saya memilih paper dua buah untuk saya print. Satu paper lebih panjang dan satu lagi pendek. Akhirnya pilihan jatuh pada yang panjang. Pokoknya saya coba tulis dulu ringkasannya. Wah, kok ternyata panjang. 

Dan di tengah jalan saya agak menyesal. Tapi sudah terlanjur jalan dan saya pikir akan buang waktu jika pada akhirnya saya ganti paper. Kenapa saya galau di tengah jalan? Karena ketika saya meringkas, saya merasa paper ini bagus, tak ada celah. Apa yang akan saya kritik dari paper yang sudah bagus sedemikian rupa? Padahal sebenarnya kritik itu tidak harus yang negatif-negatifnya saja melainkan pujian atau kritikan positif pun tetap kritikan. Sementara paper yang pendek saya sudah menemukan kritik bahkan dari membaca judulnya. Di situlah saya agak menyesal kenapa saya pilih yang panjang.

Oke, saya coba teruskan meringkas hingga selesai, soal kritikannya apa saya pikirkan nanti. Optimis... :)
Begitu mulai menulis bagian kritikan, wah benar ternyata ide mengkritik itu muncul satu per satu ketika saya baca semua bab. Ternyata ada-ada saja kritikan yang saya temui tiap bab. Subhanallah. Mungkin berkat doa sewaktu dzuhur ya saya minta diberi kesehatan dan kemudahan dalam mengerjakan. :)

Untuk bisa mengkritik, tentu kamu harus punya amunisi. Jika tidak punya amunisi, bagaimana mungkin kamu akan menyerang lawan? Oke, sekian perumpamaan (tidak penting) nya. Jadi, saya teringat kalau saya punya buku metode penelitian beberapa buah versi Inggris dan Indonesia. Alhamdulillah bisa jadi referensi. Dari situlah saya punya referensi untuk mengkritik. Setiap kritikan saya sertai referensi karena memang dimintanya begitu. Jadi bukan asal komentar. 

Dan memang yang membuat proses membuat kritik paper ini lama karena:
1. Harus membaca paper yang dikritik
2. Harus membaca referensi yang menjadi sumber kritik

Berhubung saya bukan native Inggris jadi untuk memahami arti saya butuh waktu. Mencari sumber referensi juga tidak sebentar kalau bagi saya apalagi jika mencarinya online. 

Setelah semua bagian selesai, saya percantik layout di Power Point lalu convert pdf dan selesai kirim. Alhamdulillah tidak telat. Masih ada beberapa jam tersisa. :)

Berharap ada feedback dan berharap lain kali bisa lebih bagus lagi dalam membuat kritik paper. Kali ini saya tidak mengkritik berhubungan konten (materi berhubungan dengan mata kuliah). Paper yang saya kritik tidak menggunakan model tertentu atau pun konsep-konsep apa yang bisa saya kritik. Misal paper menggunakan 4 level kematangan sementara peneliti A pakai 5 level. Saya coba mengkritik dari sisi yang lain. Ya sebisa saya sebatas kemampuan saya saat ini, mulai dari judul hingga references.

Tips mengkritik paper dari saya:
  1. Pilihlah paper yang kamu suka temanya.
  2. Pilihlah paper yang bahasanya mudah dimengerti menurut kamu. Biarpun sudah ada google translate, tapi percayalah mengartikan sendiri itu lebih enak. Maksudnya begini, ketika kamu membaca, kamu langsung paham maksudnya. Banyak paper bertebaran berbahasa Inggris, tapi kamu bisa bandingkan dengan paper orang Indonesia yang berbahasa Inggris pasti akan lebih mudah kamu pahami ketimbang paper native. Tapi kembali ke kemampuan bahasa Inggris kamu. Kalau kamu memang jago hal ini tidak akan menjadi masalah buatmu.
  3. Print paper yang kamu pilih. Coret-coretlah atau tandai dengan stabilo mana yang penting-penting.
  4. Segeralah tulis. Minimal ringkasannya dulu yang kamu tulis. Selanjutnya pasti kamu akan berpikir dengan sendirinya untuk melanjutkan membuat kritik hingga selesai. Jika kamu tidak pernah memulai maka tidak akan pernah selesai.
  5. Siapkan referensi baik itu buku maupun paper jurnal di dekatmu. Jika ada sumber lain, silahkan...
  6. Siapkan waktu yang cukup luang untuk mengerjakan. Jangan mepet deadline supaya hasilnya maksimal. Bisa jadi kamu masih punya perbaikan-perbaikan ataupun ide-ide baru untuk mengkritik di lain waktu/hari.
Oke, sekian sharing dari saya hari ini. Semoga bermanfaat. Selamat istirahat ya semua! :)



Saturday, March 3, 2018

Childhood Memory: Became So numb

3/03/2018 07:26:00 AM 0 Comments
Kalian yang membaca tulisan ini, pasti pernah menjadi anak-anak kan? Kalian pasti mempunyai kisah masa kecil masing-masing yang saya yakin masih kalian ingat dengan baik. Tentunya kalian juga mempunyai kisah menarik yang tak terlupakan di masa kecil. Paling tidak ada satu cerita saja yang paling berkesan. Entah itu kisah yang menyenangkan ataupun sebaliknya, kalian pasti punya. 

Saya pun sama. Saya juga punya kisah yang masih terus saya ingat. Suatu ketika di sore hari saya bermain dengan teman saya perempuan dua orang. Mereka kakak adik tapi hanya terpaut setahun saja jadi sama besarnya. Kami main di depan rumah saya.

Main apa? Jaman dulu ini kemungkinan besar saya tomboy. Tapi saya tidak pernah merasa tomboy. Saya selalu merasa sebagai perempuan normal hingga saat ini. Tapi mungkin ada jiwa maskulin? Entahlah ya. Hehe :)

Saya main koprol-koprolan di atas rumput. Hah? Serius? Iya serius. Kedua teman saya duluan koprol sambil awalnya lari-lari kecil. Berhubung kedua teman saya berhasil, lalu saya pun mencoba. Begitu saya mencoba koprol, tiba-tiba terdengar suara "krek" di telinga saya dengan jelas. Apa itu?

Saya merasakan kesakitan teramat sangat dan saya pun tak kuat untuk tidak menangis. Tangan kanan saya patah Readers. Kalian bisa bayangkan bagaimana sakitnya. Itu tangan saya bengkok. Tulangnya patah pas di tengah-tengah dan kelihatan benar menonjol. Saya menangis sambil duduk itu ya Allah... 


Singkat cerita saya dibawa ke sangkal putung untuk diperban. Tapi saya sebelumnya berobat ke mantri (jaman dulu di sana adanya mantri kesehatan -- istilah untuk male nurse atau perawat laki-laki ya sebenarnya kalau jaman sekarang) dulu. Ke tukang sangkal putung itu atas rekomendasi si mantri. Di tempat sangkal putung, tukang sangkal putungnya bapak-bapak tua. Bapak itu terkenal sebagai tukang sangkal putung. Eh, kalian tahu kan sangkal putung apa?

Oke, di sana sebelum tangan saya diperban, tangan saya diolesi minyak. Entah itu minyak apa tapi yang jelas tangan saya jadi adem semriwing dan tidak merasakan sakit sama sekali. Padahal sebelumnya sakit tak tertahankan. Saya heran kenapa bisa begitu? Otak anak-anak saya bertanya-tanya. Peristiwa ini sungguh tak terlupakan bagi saya.

Lalu tangan saya diukur-ukur dengan bambu. Wah saya pikir bakal diberi bambu tapi ternyata tidak. Tangan saya diperban biasa dan tidak boleh kena air sampai 3 bulan (kalau tidak salah ingat). Giliran dibuka perban, wow belang deh dengan kulit yang lain. Jadi putih... :)

Selama masa ini, saya kan sudah sekolah SD ya, saya pun struggle untuk bisa menulis. Saya latih tangan kiri untuk menulis. Sulit... :(

Tapi saya berhasil membuat tangan kiri saya lihai untuk bermain bola bekel. Bahkan lebih jago dari tangan kanan. Sampai sekarang kalau mau dites, saya masih bisa hehe. Justru tangan kanan terasa kaku. Tangan kiri lebih luwes.

Sedihnya saat sekolah adalah selain kesulitan menulis, saya tidak kuat mengangkat bangku untuk dinaik-turunkan setelah pulang sekolah untuk dibersihkan teman-teman ruangannya. Untungnya teman saya perempuan yang duduk di belakang saya berbaik hati membantu saya. Dia memang gempal badannya jadi tenaganya kuat. Terima kasih ya Sobat! Terharu... T.T

Biarpun saya mengalami kejadian sedemikian rupa, rupanya prestasi sekolah saya tidak terpengaruh. Saya tetap juara loh hihi. Bukan sombong ya ini :)

Oke, kembali soal sensasi dingin dan tak terasa sakit tadi (mungkin istilah bahasa Inggrisnya numb), saya bertanya-tanya apakah si bapak itu menggunakan jampi-jampi alias ilmu klenik? Ataukah memang semacam obat bius lokal?

Hmm... saya masih belum menemukan jawabannya... 

Adakah kalian yang tahu?






Friday, March 2, 2018

Fokus Satu Saja!

3/02/2018 10:30:00 PM 2 Comments

Kamu pasti pernah dengar kalau wanita itu multitasking ketimbang pria. Pria tidak bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Pria hanya bisa fokus satu hal saja untuk dikerjakan dalam satu waktu. Berbeda dengan wanita yang julukannya multitasking alias bisa "nyambi-nyambi". Misal masak nyambi telponan nyambi menyuapi anak dan sebagainya. Benarkah itu?

Semua kembali ke individu masing-masing saja untuk menjawab benar tidaknya. Yang jelas saya mengangkat tema ini berangkat dari fenomena yang saya alami sendiri tepatnya di kelas saya kuliah. Adalah hal lazim di kelas bawa laptop ya. Karena memang materinya dalam bentuk slide dan bisa diunduh di web khusus untuk mahasiswa. 



Fenomena 1

Pada saat dosen menjelaskan saya perhatikan teman-teman banyak yang cetak-cetek mencet tombol laptop. Ngerangkum penjelasan dosen? Iya ada sebagian. Tapi ada yang menarik nih di jaman teknologi ini. Apa itu? Whatsapp!

Sebagian teman-teman whatsapp-an di tengah dosen mengajar. Kan ada whatsapp desktop ya. Terkadang ada pula yang lupa mematikan bunyi notifikasi di laptop-nya. Dan dosen pun notice ya itu suara whatsapp. Dosen pun menegur. Ada dosen yang tidak suka dengan bebunyian itu karena dirasa mengganggu. 

Fenomena 2

Di kala dosen mengajar, teman-teman ada yang mengerjakan tugas dengan laptopnya. Entah itu tugas mata kuliah tersebut atau pun mata kuliah lain. Jika yang terjadi adalah mata kuliah bersangkutan, maka dosen pun notice ya. :)

Oke, cukup dua saja ya. Yang ingin saya bahas di sini bukan teman-teman saya tapi saya sendiri. Cerita di atas adalah fenomena sebagai pendukung cerita.

Saya perhatikan diri saya bahwa saya tipe yang fokus satu hal saja dalam hal belajar di kelas. Sebagai contoh konkrit, dosen menjelaskan di kelas, ada teman saya yang mengajak bicara, saya stop itu teman saya. Saya bilang nanti setelah ini. 

Kenapa? Karena jika saya sedang mendengarkan penjelasan dan ada yang mendistrak saya, saya tidak "ngeh" si dosen tadi bilang apa. Saya tidak menyimak maka saya pun juga tidak mendengar apa yang dosen katakan. 

Saya tentu mendengar dosen bicara tapi esensi pembicaraannya tidak terserap di otak saya sehingga saya blank. Jika saya mengobrol, kadang-kadang terjadi juga ya sebentar saja dengan teman sebelah, resikonya ya tadi itu saya kehilangan isi materi yang dijelaskan dosen.

Contoh lain, ketika ada deadline tugas pukul 18.30 wib untuk pengumpulan hardcopy maupun softcopy via email, maka sebelum kuliah (saya masuk kuliah jam 14.00) saya harus sudah mengumpulkan semuanya. Saya harus sudah nge-print di kos dan juga sudah kirim email. Saya berangkat ke kampus tinggal setor hardcopy sebelum masuk kelas.

Ternyata, kala itu teman-teman saya belum pada mengumpul. Baru ada 6 orang termasuk saya dari 39 orang yang mengumpul. Di kelas, teman-teman masih mengerjakan ketika jam kuliah dan nge-print di sekitaran kampus. Nah, kalau saya merasa tidak bisa seperti itu. Saya tidak tenang jika jam kuliah mengerjakan tugas karena tugas belum selesai dan diburu-buru deadline. Belum lagi kalau ada permasalahan tak terduga misal mati lampu, internet tidak connect atau apa.  

Berangkat kuliah itu harus sudah tidak membawa beban ke kampus. Plong begitu istilahnya. Dan lagi karena alasan saya yang "mendengar tapi tak mendengar" begitu ya sudah saya bahas di atas.

Teman saya yang lain ada yang rela telat masuk kuliah hingga sudah hampir selesai baru hadir. Bahkan ada pula yang tidak hadir sama sekali dan baru hadir ke kampus untuk setor tugas saja. Mungkin mereka ini yang setipe dengan saya. Hmm...

Saya ke kampus membawa laptop juga tapi seringnya tidak saya buka saat kelas berlangsung. Hanya saat-saat butuh penting saja saya baru buka. Kalau saya buka laptop nanti repot malah saya buka-buka web lain. :D

Saya masih suka mencatat di kertas. Alasan biar tidak mengantuk dan punya catatan sewaktu-waktu bisa dibuka lagi. Saya menyadari saya ini short term memory sekali saat ini. Gampang sekali lupa ya Allah. Sedih saya. :(

Oke, kembali ke cerita awal, fenomena 1 dan 2 itu terjadi baik laki-laki maupun perempuan loh ya. Jadi, saya simpulkan (dengan sangat dangkal) tidak selalu benar kalau pria hanya fokus satu saja. :)

Benar tidak menurut kamu? Yuk share...



Good Night Story 4

3/02/2018 07:38:00 PM 0 Comments



Halo! Ada yang kangen good night story yang saya posting? Jangan khawatir, kali ini saya kembali posting sebuah good night story. Semoga bisa menjadi sebuah cerita yang menarik buat dibaca ya Readers! :)



Yuk simak!
Once upon a time there was a big happy family, dad, mum, 5 sisters and their younger brother. After giving birth to 5 girls the mother actually decided not to have more children. But while she was walking outside she saw all the young boys playing football or just running around and her heart got excited again and again. So she went to her mother and asked for help to get a boy. 

The mother listened very good to her daughter and said, that if she wanted to have a baby boy she must eat only meat for one week. The woman didn't think a lot about that and just followed her mothers advise. So she said to her husband, that she needed to eat meat every day. But at that time her husband didn't get good money. So he couldn't buy meat every day. But the family had 3 strong and beautiful rooster (male chicken). They were all 1 year old, very strong and their feather were shining like the sun. 

The father loved the male chicken like his own children. But as his wife said to him, that she needed to eat meat for to get male child he decided to sacrificed one of the male chicken. So he killed it and the woman cooked a soup. But they didn't have a fridge, so they ate all of the meat in 2 days and the father needed to kill the second chicken. So to the end of the week they slaughtered all 3 birds. 

After one month the woman got pregnant again. As it was long time ago they didn't have the opportunity to find out the gender of the child before the baby was born. Nine months later she gave a birth to a baby boy. They called it after the mother's dad name, Atila. While he was growing he didn't let anyone to bother his sisters. As for being brave and strong like the male chicken his dad sacrificed people called him glory boy.

End.

Credit to Georgi Mandajiev





Terencana vs Tidak Terencana

3/02/2018 03:21:00 PM 0 Comments


Sekitar sebulan lalu saya pergi ke Gramedia Matraman dengan teman saya sekosan. Kami pergi dari sekitar jam 10 pagi sampai siang habis zuhur. Karena siang adalah waktunya jam makan siang,  saya bilang ke teman saya kalau saya mau mampir beli makan dulu nanti di perjalanan menuju kosan. Teman saya bilang dia tidak mau beli makan. Oke tak apa, saya sendiri saja yang beli.



Kami cukup naik angkot M01 menuju lampu merah Pasar Kenari lalu berjalan kaki pulang. Sampai di deretan orang jual makanan, saya berhenti di satu tempat, dan dia masuk ke tempat sebelah lain sebelah saya, warung makan. Rupanya, pelayanan di tempat saya beli agak lama jadi saya harus menunggu. Sementara dia sudah selesai lebih dulu dan mendatangi saya. Saya bilang ke dia:

"Katanya ga mau beli makan tadi?"

"Emangnya segala hal harus sesuai rencana?" balasnya bernada yang menurut saya tidak enak. Bisa jadi saya saja yang sensitif sih ya.

Jleb! Menohok rasanya. Tapi saya tidak merasa tersinggung ataupun marah. Malah hal itu menjadi perenungan buat saya.

"Ya nggak sih," jawab saya spontan.

Saat itu otak saya berpikir dan memahami bahwa kami berbeda. Dan saya bisa menerima itu.

Saya paham bahwa dalam hidup kita ini tidak selalu sesuai rencana antara harapan dan kenyataan. Karena saya yakin di sana ada campur tangan Tuhan. Itu pertanda bahwa hidup kita ada yang mengatur.

Saya juga bisa menerima bahwa kita bisa sewaktu-waktu berubah. Hal ini bisa terjadi pada siapa pun. 

Untuk kasus yang saya ceritakan tadi, saya memang sudah berencana beli makan di perjalanan pulang menuju kos sementara dia tidak. Tapi pada kenyataannya dia beli juga. Dari sini saya menyimpulkan (atas dasar pemikiran yang dangkal) bahwa saya terbiasa dengan rencana

Saya terbiasa merencanakan dalam otak saya bahwa saya akan melakukan ini, ini dan ini untuk hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari saya. Dan itulah yang kemudian saya kerjakan. Bahkan hal kecil seperti beli makan, saya sudah merencanakan dan kemudian merealisasikan. Saya ingin beli ini dan itu, sudah saya pikirkan. Saya menargetkan sampai tanggal sekian, saya harus selesai revisi paper, submit, mengerjakan tugas ini dan itu yang kemudian sukses saya kerjakan. 

Dan saya adalah tipe orang yang ketika merencanakan sesuatu ya saya berusaha untuk menepati. Bukan tipe labil yang mudah sekali goyang atau membatalkan rencana. Kecuali jika memang ada sesuatu di luar rencana itu bukan kuasa saya.

Selama ini sih saya tidak pernah merasa bahwa saya tipe orang yang terencana. Tapi saya jadi merenungi. Penting tidak sih? Hehe

Seperti ketika saya berencana untuk kembali ke sini setelah liburan panjang kemarin, awalnya saya memasang target pulang tanggal sekian karena sudah berencana pindah kamar dan pas sekalian ada rencana jalan dengan teman-teman. Ternyata, rencana jalan itu gagal. Ok, saya terima. Saya pun memutuskan tidak jadi pulang tanggal tersebut. Buat apa pulang terlalu cepat jika tidak ada yang dikerjakan. Kemudian saya set tanggal pulang mendekati jadwal masuk kuliah. Rupanya, tiba-tiba ada email akan ada semacam penjelasan topik karya akhir selama 5 hari di kampus. Waduh, itu penting kan. 

Saya pun menimbang-nimbang bagaimana sebaiknya. Email waktu itu hari jumat seingat saya sementara jadwal penjelasan topik mulai senin. Oh no! Mepet! Karena saya mesti pesan tiket pesawat dan mempersiapkan segala halnya. Atas pertimbangan yang matang akhirnya saya memutuskan kembali ke rencana awal saya pulang sesuai rencana awal. Saya lebih bisa bernafas. Saya punya banyak waktu untuk bersiap diri alias tidak terburu-buru.

Kala itu saya merasa bahwa saya ini harus berjalan sesuai rencana. Jika terdistrak maka tidak ikhlas menjalankannya. Meskipun sebenarnya saya tidak sekaku itu juga.

Memang sih saya tahu perubahan rencana itu hal biasa. Tapi tetap lebih baik semua sesuai rencana. Biar hati pun juga enak menjalaninya. Ikhlas begitu ya. :)

Bagaimana denganmu? Adakah yang setipe dengan saya?