Follow Us

Monday, June 11, 2012

Cuek is the Best?

6/11/2012 09:09:00 AM 0 Comments



Hari Minggu yang cerah. Sepulang dari pasar, saya putuskan untuk mencuci motor di tempat langganan saya. Setiba di sana, sepi. Hanya ada satu motor yang sedang dicuci. Tapi ada 2 orang lelaki yang sedang duduk. Tampaknya adalah pelanggan yang sedang menunggui motornya tersebut.

Oke, saya turun dari motor lalu berjalan mengambil kursi kosong di arah depan untuk saya duduki sembari menunggu motor saya dicuci. Berhubung tidak antri, jadi tidak akan lama nunggu. Yes! Kesempatan seperti ini jarang karena biasanya antrian banyak.

Lalu saya pun duduk dan melepas helm. Lalu saya mengeluarkan hp. Maksud saya mengeluarkan hp tidak lain adalah browsing-browsing biar ga mati gaya nunggu motor tapi ternyata sinyal tidak mendukung. Yasudahlah. Saya pun diam.

"Mbak orang statistik ya?"
Tiba-tiba ada orang bertanya. Saya pun mengalihkan pandangan saya ke arah orang tersebut.

"Iya, kok tahu?"
Hahaha pertanyaan standar. Tapi cukup ngetrend yah kemarin-kemarin. Pastinya sih tidak akan ada gombal-gombalan ala OVJ kok di sini. :)

Orangnya tersenyum. Saya jadi bertanya-tanya kenapa orang ini senyum. Saya menduga-duga barangkali orang ini pernah jadi petugas survei/sensus di kantor saya sehingga tahu saya.
Iya saya berpikir positif saja seperti itu. Ya iyalah... kan ga mungkin saya mengira orang ini "stalker".  Sok keren banget saya. Hehe.

Obrolan berlanjut.
"Tunggu! Kok tadi tahu saya statistik dari mana? Saya kan ga pernah bilang-bilang?"

"Saya pernah semobil sama mbak."

"Kapan?" tanya saya.

"Juni 2011"
What? Otak saya langsung mikir. Gile, itu kan setahun yang lalu.  Sekarang kan sudah Juni 2012. Hebat juga ingatannya! Bravo!

"Itu pertama kalinya saya ke Mukomuko."
"Oh baru ya," jawab saya. Saya bilang baru karena saya sudah dari 2008 di sini. Saya sudah jauh lebih lama kan? *tuing tuing*

Obrolan kembali berlanjut.

"Mbak tinggal di mana di sini?"
"Saya di Bandar Ratu...", jawab saya.

"Oh masih di belakang apa itu..."
Glek. Kok tahu? Saya merasa makin aneh.

"Loh kok tahu lagi?"
"Iya waktu itu saya ikut nganterin mbak dulu."

"Itulah mbak ga nyadar diperhatiin. Kita kelang satu bangku waktu itu duduk di tengah. Karena mbak diam aja, saya jadi canggung mau ngobrol."

Seingat saya, saya selalu duduk di belakang sih selama ini kalau perjalanan dari Mukomuko ke Bengkulu atau sebaliknya. Hehehe.

.........................


Huaah dunia begitu sempit. Saya ini bukan tipe penghapal wajah orang. Apalagi orang asing yang baru sekali ketemu, setelah lama tidak ketemu terus ketemu lagi, maka lupa begitu saja. Pernah juga ada penumpang travel perempuan menyapa saya duluan dan saya lupa! Ternyata kita pernah satu travel dan ngobrol-ngobrol dulunya. Berangsur-angsur saya ingat kejadiannya.

Yang terekam di otak saya adalah kejadiannya, bukan wajah orangnya. Hehe.

Begitu pula dengan nama, kalau hanya sekali ketemu lalu bertemu lagi setelah sekian lama maka saya pun tidak ingat siapa namanya. :)

Yang saya garisbawahi dari cerita singkat di atas adalah kok bisa ya orang itu masih ingat? Padahal kejadiannya sudah lama loh setahun yang lalu. Yang saya heran adalah ingat wajah. Padahal kan itu travel malam hari, otomatis tidak jelas wajah-wajah orang yang ada di travel. Kalau saya sih cuek saja dengan penumpang lain yang setravel karena mereka saya anggap orang-orang yang hanya sekali saya temui. Tidak akan ketemu lagi. Numpang lewat gitu deh.

Lagian perjalanan malam kan enaknya buat tidur. Kan lampu juga mati. Jadi mana sempat ngapalin wajah orang hehehe.

Yah, itulah saya. Saya cenderung cuek jadi orang. Karena saya menganggap itu bukan hal penting untuk diingat-ingat. Jadi buat apa saya menghabiskan energi saya untuk itu?

Apa saya harus merubah kecuekan saya ini? Tapi saya merasa cuek saya ini masih wajar. Saya bedakan kapan saya harus cuek dan tidak. Saya cenderung cuek untuk hal-hal yang saya anggap tidak penting atau tidak ada sangkut pautnya dengan saya.

Umm, tapi bisa jadi hal yang saya anggap tidak penting, eh ternyata penting bagi orang lain kan ya? Oh dunia...

Wednesday, May 30, 2012

Lampu Merah

5/30/2012 03:50:00 PM 2 Comments



Adanya lampu merah bisa dibilang suatu kemajuan untuk ukuran kabupaten baru tempat saya tinggal sekarang. Bagus juga upaya pemda untuk menertibkan lalu lintas. Meski baru di satu titik, tapi saya mencoba mengambil sisi positif upaya pemda tersebut di mana di titik itu memang sebelumnya lumayan sering terjadi kecelakaan. Memang sih jalanan hitungannya sepi kendaraan sementara jalan yang dibangun kini ukurannya cukup lebar. Jadi sebenarnya belum perlu ada lampu merah (menurut penilaian saya). :)

Yang saya keluhkan adalah beberapa pengendara sepeda motor di sini seperti tutup mata bahwa kini sudah ada lampu merah. Khususnya jalur yang bertuliskan "BELOK KIRI IKUTI LAMPU". Ketika saya sedang menunggu lampu merah, eh seenak-enaknya saja orang nyelonong belok kiri. Duh, apa gunanya donk dibuat lampu merah?

Tidak bisakah kita membiasakan diri untuk menertibkan diri? Di sini juga ada poin "menghargai orang lain" sesama pengguna jalan. Dan juga menghormati pemerintah yang sudah berupaya membuat peraturan guna kebaikan bersama.

Entahlah kalau memang sudah tabiat orang kita yang susah diatur, susah diajak tertib, maju. Padahal saya sungguh mendambakan ketertiban, keteraturan di negara ini. Yah meski itu cuma hal-hal kecil dulu tak ada masalah. Bukankah sesuatu dimulai dari yang kecil? Dalam artian tidaklah instan. Pencapaian sesuatu dimulai dari yang kecil-kecil dan dimulai dari diri sendiri. Setuju?

Yang saya heran adalah seringkali yang saya lihat nyelonong begitu saja itu pengendara berplat merah. Duh, di wilayahnya sendiri saja begitu coba. Ck ck ck.

Sering saya mendengar kalimat "Peraturan dibuat untuk dilanggar". Hmm saya tidak setuju dengan kalimat itu. Saya menganggap itu pembenaran diri buat orang-orang yang mau seenaknya saja melanggar peraturan. Lah untuk apa dibuat peraturan donk kalau hanya untuk dilanggar?

Sebagai muslim, kita punya pedoman yaitu Al Quran. Nah, apakah juga untuk dilanggar?
Memang, peraturan seperti lampu merah adalah peraturan yang dibuat manusia dalam rangka menertibkan lalu lintas. Jelas berbeda dengan Al Quran yang bukan buatan manusia. Tapi kan manusia sebagai pemimpin boleh donk ya bikin peraturan untuk kebaikan bersama. Duh, kenapa saya jadi jauh nyangkut-nyangkut ke sini nih. Nyambung ga nih. Okelah saya ga mau berlarut-larut ngomongin ini.

Btw, kenapa dari tadi saya nyebutnya lampu merah yah? Padahal kan lampunya ada 3 warna. Hehe.


Friday, May 25, 2012

Bersepeda Yuk...!

5/25/2012 08:05:00 AM 2 Comments



Belum lama ini saya merasa ada trend baru di sini. Hmm, pemandangan yang tidak biasa saya lihat. Selama 4 tahun saya hidup di sini, baru sekaranglah saya melihat mulai banyak orang bersepeda. Padahal semula, saya tidak melihat orang dewasa bersepeda. Paling hanya anak-anak kecil yang main-main sepeda. Pemandangan yang biasa saya lihat adalah orang-orang berkendaraan mobil atau sepeda motor.

Bahkan dulu ketika awal-awal di sini saya (dan satu orang teman saya) jalan kaki ke kantor. Alhasil, saya jadi tidak nyaman sendiri karena memang selain tidak ada orang lain yang jalan kaki, saya tidak suka dengan mata orang-orang lewat berkendara sepeda motor itu. Mereka lewat dari arah belakang saya tapi sempat-sempatnya menoleh ke belakang (arah saya dan teman saya) seolah-olah tidak pernah melihat orang jalan kaki saja. Lucunya, ketika saya jalan sendirian pulang kantor pernah ada yang menawari tumpangan ke saya. Eh, tidak cuma saya tapi juga teman saya satu lagi itu pernah mengalami juga ketika berangkat ke kantor. Mungkin iba kali ya lihat orang jalan kaki hari gini. Hehehe

Nah, kembali soal sepeda tadi. Mungkin mulai banyaknya sepeda akhir-akhir ini ada hubungannya dengan Pemda. Tiap hari Jumat, di sini digalakkan bersepeda ke kantor untuk pegawai Pemda. Bahkan kepemilikan sepeda semakin dipermudah dengan adanya pemberian kredit sepeda oleh Pemda bagi pegawai Pemda tentunya. Tapi brosurnya mampir juga ke kantor saya meski kantor saya bukanlah Pemda.

Tentu saja penggalakan bersepeda jumat itu tidak berlaku di kantor saya hehehe. Biar begitu, bos saya sudah punya sepeda baru. Begitu pula beberapa teman saya sekantor juga sudah ada yang beli sepeda baru. Hmm, kena imbas rupanya.

Ah, tapi saya sudah lebih dulu beli sepeda. Tepatnya setahun lalu, ketika itu saya merasa kesulitan menemukan sepeda. Di tempat saya tinggal ternyata tidak ada yang menjual sepeda, padahal di sinilah kecamatan inilah ibukota kabupaten berada. Akhirnya saya cari ke dua kecamatan tetangga. Seperti yang pernah saya ceritakan, kabupaten tempat saya tinggal ini jauh dari ibukota. Makan waktu sekitar 7 jam untuk ke kota Bengkulu begitu pula ke Padang. Dan para pedagang di sini rata-rata mengambil stok barang justru dari Padang.

Jadi, kemudahan pembelian sepeda dari Pemda itu tidaklah berpengaruh bagi saya. Coba sudah ada dari setahun lalu ya.... :(

Atau saya yang terlalu cepat?

Hmm, kala itu saya merasa kangen bersepeda. Rasanya sudah terlalu lama tidak pernah tahu rasanya naik sepeda seperti apa. Hehe

Wednesday, May 9, 2012

Kembalikan Sesuatu Pada Tempatnya Please

5/09/2012 06:00:00 AM 4 Comments



Ada orang yang sembarangan mengambil barang lalu tidak dikembalikan.

Ada juga yang seenaknya mengambil barang lalu dikembalikan tapi tidak utuh lagi.




Kedua hal tersebut mungkin hal sepele. Tapi bagi saya, jujur saya katakan kalau saya sangat tidak suka. Sudah mengambil tanpa ijin, eh tidak dikembalikan pula. Adapun kalau dikembalikan, sudah tidak utuh lagi ataupun sudah berubah tempat.

Memang, hal-hal yang diambil keseringan adalah hal-hal kecil yang mungkin harganya tidak seberapa, tapi ketidakberadaan barang tersebut merusak sistem yang sudah berjalan atau merusak kelancaran.

Contoh kecil yang sering saya alami adalah kehilangan sandal jepit. Saya sengaja membeli 3 sandal sesuai fungsi dan demi kelancaran. Satu saya letakkan di depan supaya kalau sewaktu-waktu mau ke luar rumah atau pergi sholat berjamaah ke mushola tidak perlu ambil-ambil dulu ke belakang. Satu lagi saya taruh di belakang samping untuk ke kamar mandi. Saya mau ada sandal khusus untuk kamar mandi. Menurut saya ini vital. Nah sandal terakhir saya taruh di belakang khusus untuk ke jemuran baju.

Lalu yang terjadi sekarang adalah semuanya raib. Tidak hanya sekali dua kali saya beli. Akhirnya saya capek juga karena hilang terus.

Contoh lain adalah di kantor. Saya sering kehilangan alat-alat di atas meja saya macam stapler, cutter, pena, pensil, dll. Memang hanya alat-alat kecil, tapi penting sewaktu-waktu butuh.



Kasus 1

"Kamu pinjam penggaris saya?"

"Iya..."

Saya lihat penggaris sudah dikembalikan.

"Loh wadahnya kok ga ada?"

"Hehe iya ga tahu ke mana..."


Kasus 2

"Tipe-X ku kok ga ada ya. Kamu pinjam?"

"Iya..."

Lalu dia kembalikan

"Loh tutupnya ke mana kok ga ada?"

"Memang ga ada kok..."

Hufff


Kasus 3

"Stapler aku ke mana ya? Kemarin kamu pinjam kan?"

"Iya kemarin memang kupinjam tapi udah kukembalikan."

Stapler pun raib ga tahu ke mana.


Kasus 4

"Pensilku kok ga ada ya. Pensilku mana?"

"Sudah kukembalikan..."

Pensil di atas meja saya habis. Padahal setiap kali hilang, pasti saya meraut yang baru. Tapi entah kenapa hilang terus. Bagi saya, pensil adalah alat vital dalam kerjaan saya. Pensil lebih penting daripada pena. Tapi pena pun juga seringkali hilang.


Saya adalah tipe penghapal letak/posisi. Bukan berarti barang-barang itu saya hapal satu-satu letaknya ada di mana. Bukan! Dari sekian tumpukan map atau barang yang ada di atas meja saya, saya tahu letak dokumen A ada di sebelah kiri atas, dokumen B di sebelah kanan bawah. Maka itu ketika ada yang memindahkan barang saya, saya tahu. Jadi, seberantakan apapun meja saya, saya tahu letak-letak barang yang ada dan tahu jika ada yang memindahkan karena sudah berubah posisi.

Hal ini juga berlaku ketika saya menghapal pelajaran. Maka saya ingat posisi misal paragraf ini ada di halaman sebelah kiri atas dsb. Tapi jangan tanya soal keruangan. Saya paling sulit menghapal arah jalan. Kalau pergi ke tempat baru sendirian, mungkin saya tidak kembali lagi karena tersesat. Hehehe. Untungnya dalam kerjaan saya selalu dilengkapi sketsa peta, jadilah tidak ada masalah.


Maka itulah, saya heran dengan orang-orang yang dengan seenaknya tanpa dosa mengambil barang orang lain lalu tidak dikembalikan pula. Padahal jika sesuatu dikembalikan pada tempatnya maka urusan akan jadi mudah karena sesuai tatanan yang sudah berjalan. Kerjaan akan menjadi lancar, tidak tersandung hal-hal remeh temeh yang semestinya tidak ada. Contoh kecil lain adalah peletakan stempel. Stempel biasanya ada di atas meja Kasubbag TU. Nah, begitu saya butuh, seringkali tidak ada di tempat dan saya harus mencari-cari ke mana si stempel berada.

Jujur, saya tidak suka kondisi sembarangan seperti ini. Ayok kita belajar jadi pribadi yang teratur. Umm, jika demikian apa saya termasuk pribadi yang kaku? :)




Monday, March 26, 2012

Ungkap Kasus Ala CSI

3/26/2012 10:42:00 AM 0 Comments



Info. Malam tadi Kantor X mengalami perampokan. Perampok berjumlah 6 orang dan berhasil membawa sejumlah uang, 2 buah laptop, dan emas perhiasan 25 gram.

Begitu isi sms yang terkirim ke hp saya pada tanggal 24 Maret 2012 pukul 12.05 wib.

Perampokan. Lagi-lagi perampokan. Miris. Yang dirampok adalah kantor pemerintah yang merupakan kantor pusat. Berita perampokan tidak hanya baru sekali ini. Setelah sebelumnya kantor propinsi di tempat saya kerja (saya di kabupaten), lalu kantor propinsi di propinsi lain. Dan yang baru terjadi itu kantor kabupaten.

Sepertinya perampok itu memang sedang mengincar kantor kami. Sekali merampok berhasil, eh lagi lagi dan lagi. Meski saya tidak tahu apakah memang ada oknumnya yang terencana atau bagaimana, tapi perbuatan mereka jelas merugikan negara.

Rasanya baru setengah bulan yang lalu saya, bos, dan rekan kerja saya pergi menjenguk korban perampokan di propinsi, eh sudah terdengar kabar tidak mengenakkan lagi di tempat lain. Mendengar curhat si korban, seram sendiri ga terbayang kalau terjadi pada diri saya. Si korban sempat say goodbye dalam hati pada anaknya karena merasa sudah tidak mungkin bertemu lagi alias tewas. Tapi ternyata azalnya belum tiba.

Seandainya saja seperti di serial tv CSI (favorit saya CSI New York), mungkin pelakunya sudah ketemu. Seandainya saja sistem keamanan di Indonesia sudah secanggih itu ya. Saya senang nonton CSI karena cara-caranya yang ilmiah untuk mengungkap suatu kasus. Sama sekali berbeda dengan Detective Conan yah.

CSI ini mungkin lebih mirip dengan tayangan Murder di FoxCrime. Dulu saya suka sekali nonton Murder. Meski serem, tapi itu adalah kisah nyata dan telah terungkap oleh Detektif Le Noir lalu dibuat simulasi dalam tayangan Murder seolah-olah asli.

Dalam Murder, ditunjukkan bagaimana seorang detektif bekerja. Dari mulai datang ke TKP, lalu memotret tanpa boleh menyentuh apapun atau merusak apapun. Selanjutnya memberi nomor pada barang-barang bukti. Dan jangan lupa pakai sarung tangan agar tidak menghilangkan sidik jari. Selanjutnya adalah membawa barang bukti untuk diteliti atau analisis serta mendengar wawancara dengan saksi/orang yang dicurigai terlibat. Terakhir membuat kesimpulan.

Apabila salah membuat keputusan, maka orang tak bersalah yang akan dipenjarakan. Itu yang selalu diucapkan detektif Le Noir.

Semoga tak ada lagi korban-korban selanjutnya.



Thursday, March 15, 2012

Tertarik Bengkel Hati

3/15/2012 08:30:00 AM 0 Comments



Nikmat sehat seringkali lupa untuk disyukuri. Terkesan sepele namun vital. Kita baru merasa betapa berharganya 'sehat' setelah kita 'sakit'.

Bengkel Hati adalah salah satu tayangan favorit saya saat ini. Mengapa saya tertarik dengan Bengkel Hati? Karena dari tayangan ini saya mendapat banyak pelajaran. Setiap episode, saya mendapat pengetahuan baru soal penyakit yang diderita para jamaah atau penelepon, apa penyebabnya dan solusi penyembuhannya. Dari sini kemudian saya menilik ke kejadian-kejadian yang terjadi di dekat saya.

Maha Suci Allah yang mana dunia ada dalam genggaman-Nya. Kesimpulan daripada acara tersebut adalah akhlak. Yang mana apabila saya telaah, maka penyakit itu timbul akibat akhlak kita sendiri. Yang sering kali terjadi adalah akibat amarah/emosi (jengkel kalau bahasanya Ustadz Dhanu) dalam keluarga/pekerjaan entah itu dipendam atau dikeluarkan.

Amarah itu datangnya dari syetan. Maka itu kita harus pandai meredam/sabar. Dengan kata lain, kalahkan syetan. Jangan kita yang kalah hingga kita menuruti syetan jadi marah. Nah, akibatnya Allah akan menurunkan penyakit. Dari sini dapat direnungkan bahwa artinya Allah memberi 'ganjaran langsung' berupa penyakit tadi. Nah, ini baru ganjaran di dunia. Bagaimana dengan ganjaran yang diberikan di akhirat? Tak terbayang dalam benak saya. Bisa dibilang bahwa dari perilaku kita yang sepele saja kita bisa merasa begitu menderita akibat ganjaran penyakit, bagaimana dengan perilaku yang jauh lebih buruk daripada itu?

Tiap bagian tubuh kita berpotensi untuk sakit, meski itu cuma 'nyeri'. Memangnya siapa sih yang mau sakit, meski itu cuma nyeri? Semua pasti menjawab tak ada. Ya! Coba saja nyeri lutut tapi bertahun-tahun ga sembuh juga, pasti sangat tidak nyaman kan? Saya saja ketika mengalami masuk angin/flu sudah merasa sangat tersiksa. Serba tidak enak mau ngapa-ngapain. Bagaimana dengan penyakit yang sudah lebih berat, lebih lama pula sampai bertahun-tahun?

Seringkali saya dengar keluhan dalam acara tersebut sudah dialami bertahun-tahun. Ada yang sampai dua puluhan tahun belum sembuh-sembuh juga padahal sudah berobat ke mana-mana. Setelah rajin mengikuti acara itu atau berkonsultasi langsung, beberapa penyakit ada yang berkurang bahkan langsung sembuh. Kenapa bisa begitu?

Saya sempat berpikir, 'Ah kenapa bisa begitu? Tidak bisa dilogika. Kenapa bisa langsung sembuh hanya dengan ngobrol langsung via telepon beberapa menit? Ada apa gerangan?'. Saya bertanya-tanya demikian karena saya tipikal orang eksak yang dominan menggunakan otak kiri. Jadi saya menuntut logika.

Tapi kemudian saya menerawang ke kisah-kisah ajaib di tanah suci yang banyak dialami orang yang sudah pernah ke sana. Banyak kejadian yang memang tidak bisa dilogikakan. Iya karena kemampuan otak kiri manusia terbatas. Sementara kemampuan Allah itu tak terbatas. Apabila Allah sudah berkehendak maka terjadilah. Kun fayakun. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Jalannya sesuatu itu menurut Allah, bukan menurut logika manusia.

Kunci dari penyembuhan dalam acara tersebut adalah
1. Minta ampun dengan Allah (tobat)
2. Sholat lima waktu dan tahajud, minta kesembuhan dengan Allah
3. Perbaiki akhlak/perilaku

Intinya, kita harus senantiasa menjaga akhlak/perilaku kita. Jadilah orang yang sabar dan selalu menjalankan perintah-Nya. Jangan ada sedikitpun penyakit hati. Hati/pikiran kita harus senantiasa bersih.

Semoga kita selalu diberi kesehatan. Amin.

Tuesday, March 6, 2012

Menemukan Passion di Usia Dini Bercermin dari Junior Masterchef Australia

3/06/2012 02:26:00 PM 2 Comments


Saat ini saya mulai mengikuti tayangan kontes memasak anak-anak Junior Masterchef Australia 2. Saya terkagum-kagum dengan para kontestan yang masih usia 10-12 tahun. Melihat itu, kontan pikiran saya pun tergelitik, "Pada usia segitu dulu saya ngapain yah?" Hehehe

Jawabannya adalah saya masih asik dengan dunia anak-anak saya seperti main karet (lompat tali tapi pakai karet yang diikat simpul rantai), dakon, bola bekel, gobak sodor, bongkar pasang, dll. Sungguh berbeda sekali dengan anak-anak jaman sekarang yang sudah serba jaman internet. Apalagi dengan anak-anak kontestan Junior Masterchef Australia yang saya acungi jempol, di usia sebelia itu sudah pandai memasak menu-menu standar restoran/hotel bintang.

Bahkan saya perhatikan kalau di tiap presentasi, plating-nya bagus-bagus. Saya sendiri menyadari bahwa saya pasti kalah jika bertanding dengan mereka. Saya paling ga punya sense yang bagus dalam hal hias-menghias. Otak saya sama sekali tidak bisa kompromi untuk jadi kreatif seperti itu. Hehehe.

Pertanyaan saya, "Kapan mereka belajarnya dan bagaimana? Siapa yang mengajari? Apakah cukup hanya belajar dari ibu mereka?"

Mungkin itulah bedanya tinggal di negara berkembang dan negara maju. Di sana, di usia sebelia itu anak-anak sudah pada menemukan passion mereka, dalam bahasan kali ini khususnya di dunia kulineri. Memang sebaiknya orang tua bisa melihat minat dan bakat anak lalu memfasilitasinya mau ke arah mana sesuai minat dan bakatnya tersebut. Dengan demikian, anak-anak akan berkembang di dunianya tersebut.

Jadi, mau tak mau ini jadi cerminan tersendiri bagi saya kelak ketika saya jadi ibu bagi anak-anak saya. :)

Btw, dari sekian kontestan, ada satu kontestan yang menurut saya lucu dan menggemaskan. Harry! Hehehe. Umurnya baru 10 tahun. Hmm, saya memang suka melihat anak-anak kecil bule apalagi yang usia-usia di bawah 5 tahun, lucu-lucu. Dan saya suka mendengar suara mereka yang imut-imut itu dengan logat bulenya ngomong dalam bahasa Inggris. Cute :)

Oh God...

Monday, March 5, 2012

Pengemis dan Sedekah

3/05/2012 08:55:00 AM 0 Comments



Siapa yang ingin jadi pengemis? Hidup dari belas kasihan orang lain. Tiap hari keliling atau mangkal meminta-minta. Kalau sehari tidak dapat duit ya tidak makan. Kasarnya ngomong begitu.

Pengemis. Pasti tidak asing bagi kita mendengar kata tersebut. Apalagi yang hidup di Jakarta kemungkinan besar justru tiap hari melihat ada pengemis. Saya yang sudah lama tidak lagi tinggal di Jakarta melainkan di wilayah terpencil (hehehe) demi tugas negara (ceile) saja masih menyaksikan ada pengemis. Memang tidak sebanyak di Jakarta melainkan masih bisa dihitung dengan jari, tapi tetap saja masih ada.

Ketika saya di pasar, saya lihat ada pengemis yang mangkal maupun keliling meminta-minta pada pembeli atau penjual. Pasar yang saya ceritakan di sini adalah pasar tradisional. Di kecamatan tempat saya tinggal, pasar ini beroperasi tiap seminggu sekali pada hari Minggu. Tiap kecamatan berbeda-beda jadwalnya. Yah beginilah kehidupan di sini. Jangan harap nemu mall atau tempat-tempat hiburan menarik. Jadi bisa hemat donk yah? Ga ada tempat shopping? Hoho di sini harga-harga serba mahal jadi pengeluaran tetap besar. Karena kalau dari sini butuh waktu lama untuk ke kota. Ke Kota Bengkulu butuh waktu 7 jam. Begitu pula ke Kota Padang makan waktu yang sama. Jadi inilah penyebab mahalnya harga-harga barang. Mahal di jalan. :)

Kembali ke topik. Jadi beberapa kali saya ke pasar, pas begitu saya lagi jongkok sambil membuka dompet mau membayar belanjaan, eh ada tuh suara dari belakang saya, "Assalamu'alaikum...".

Saya tidak mengingat wajah-wajah orang yang biasa mengemis di pasar. Tapi saya ingat betul trend-nya di sini, bapak-bapak tua buta (entah bawaan dari lahir atau memang karena sudah uzur) digandeng tangannya sama laki-laki yang lebih muda dan sehat bugar tapi juga lusuh penampilannya. Nah ini yang sering datang langsung ke kantor saya makanya saya ingat. Hehe. Tapi yang saya temui di pasar juga punya ciri-ciri yang sama yakni bapak-bapak tua ditemani satu orang yang nuntun keliling tapi saya ingat beda orangnya.

Ada yang menarik bagi saya untuk mengangkat tema pengemis kali ini setelah setahun vakum alias zero post. Kenapa? Karena pengemis yang saya temui tadi langsung mendoakan begitu ada yang memberi uang ke ember kecilnya. Tidak seperti pengemis-pengemis lain yang pernah saya temui yang hanya mengucap terima kasih. Tapi mana tahu juga ya kalau mendoakan di saat yang kita tidak tahu/melihatnya langsung?

Padahal, berapa sih uang yang ditaruh? Mungkin tidak sepadan dengan uang yang dibelanjakan ke pasar saat itu alias uang receh. Tetapi doa pengemis itu? Mana kita tahu suatu saat doa dari pengemis itu diijabah oleh Yang Maha Kuasa. Entah barangkali kita selamat dari kecelakaan di jalan saat pulang dari pasar yang semestinya kita alami? Who knows? Karena salah satu fungsi sedekah adalah bisa menolak bala. Padahal kalau ditengok, berapa sih yang dikasih? Bisa jadi tidak sebanding dengan manfaat yang mungkin diperoleh. Toh hanya seminggu sekali. Artinya dalam sebulan ada 4 kali ke pasar. Dan itupun kalau selalu ketemu dengan si pengemis kan?

Yah, saya menulis ini tidak bermaksud untuk menyesatkan pengemis agar selamanya jadi pengemis karena orang-orang jadi rajin memberi ke pengemis. Tapi di sini saya mencoba mengambil sudut pandang positif dari bersedekah. Anggap saja tiap hari Minggu kita turut membantu mereka makan enak. :)

Malah memang ada kan ya pengemis yang justru untung besar dari mengemis? Penghasilan tiap harinya saja bahkan bisa mengalahkan kita yang punya kerjaan tetap. :( Jadi mikir-mikir deh mau ngasih. Yah kalau kita mindsetnya begitu, lalu kapan akan sedekah?

Saya ingat bahwa suatu ketika di tahun 2010 saat saya hendak mengawasi petugas saya ke suatu tempat yang lumayan jauh dari kantor, saya sendirian bawa motor nyusul dia yang sudah lebih dulu sampai. Saya pun sampai dengan selamat dan bertemu dengannya. Tapi giliran saya mau parkir motor di pinggir jalan karena saya hendak turun ngawasi petugas saya itu, eh tiba-tiba saya jatuh ketimpa motor saya sendiri. Hanya karena hal sepele. Saya turun dari motor begitu saja lupa menstandarkan dulu.

Dari sana saya berpikir. Sebelumnya saya belum pernah jatuh begitu saja akibat lalai. Padahal kalau dikata mau jatuh, di perjalanan menuju ke situ tadi sangatlah memungkinkan untuk jatuh bagi saya yang amatiran dalam hal permotoran. Sebelum saya berangkat, petugas saya sudah mengingatkan via telepon agar hati-hati di jalan karena jalannya licin berlumpur dan membahayakan. Dan memang benar adanya. Saya cukup ngeri untuk bisa melewati dengan mulus. Apalagi di depan saya ada truk besar dan jalanan yang tidak begitu besar itu rusak parah.

Tapi yang saya tidak habis pikir kenapa Allah justru menjatuhkan saya karena hal demikian sepele itu? Tetep lecet-lecet sih tapi tidak parah. Sembuh hanya dengan obat luka luar. Setelah saya renungkan, mungkin hal ini terjadi karena sebelum berangkat ke sana saya membelikan petugas saya itu sebotol minuman dingin karena cuaca yang sangat menyengat, kala itu saya berpikir bahwa petugas saya pasti kepanasan. Lalu saya taruh minuman itu di bagasi motor. Dan kejadian saya jatuh itu terjadi sebelum saya sempat menyerahkan minuman itu.

Pada intinya, sekecil apapun uang yang diberi tetap bernilai sedekah. Dan manfaat dari sedekah itu akan kembali kepada kita. Kalau Ustadz Yusuf Mansur bilang akan dilipatgandakan 10x. Saya ingat persis ajaran beliau matematika sedekah 10-1=19. Semoga sudah paham semua maksudnya. :)