Halo Sobat! Pernahkah kamu diundang orang tak dikenal? Tahu-tahu undangan ada di atas meja.
Saya sering loh mengalami hal begini baik ketika saya masih di Mukomuko maupun di Kaur. Jadi saya simpulkan kalau kebiasaaan orang Bengkulu tuh begitu. Kalau ada orang hajatan begitu ya, nama kita di kantor diminta untuk ditulis di undangan. Lah, kenal juga tidak. Buang-buang duit untuk mencetak kertas undangan sih kalau menurut saya. Satu kantor diberi undangan semua.
Yang teman seinstansi saya saja, pilih-pilih yang diberi undangan personal. Karena memang tidak kenal semuanya. Tapi kalau orang pemda begini semua dikasih undangan kenal tidak kenal. Sesuatu hal yang aneh sih menurut saya.
Saya sendiri merasa aneh kalau menghadiri acara hajatan yang saya tak kenal satu pun. Siapa kamu? Siapa saya juga kan?
Maret lalu di rumah orangtua saya ada hajatan. Yang punya acara kakak saya. Yang dia undang ya orang-orang yang dikenal saja. Ada dicatat di buku siapa saja yang hadir. Bahkan orang yang dikenal tapi terlewat diundang justru hadir dengan sendirinya.
Saya pribadi sih tidak mengharap imbalan kembali ya jika saya menghadiri undangan atau sekedar menitipkan amplop/kado. Kebanyakan yang saya titip itu justru orang-orangnya sudah pergi dari Bengkulu. Saya sendiri kan bukan orang Bengkulu. Asal saya jauh dari Bengkulu. Jadi, ketika suatu saat saya diberi kesempatan, waktu dan keluasan punya hajat, kemungkinan sangatlah kecil mereka hadir karena jarak membentang. Dan kemungkinan juga tidak saya undang karena mereka entah ada di mana. Tapi bagi saya minimal ketika saya datang/titip itu saya kenal dengan orangnya.
Dulu, di Mukomuko, saya di sana sampai ibu kos saya menikahkan anaknya sebanyak tiga kali dan semua resepsian besar-besaran. Ketika saya sudah tidak menjadi anak kosnya pun saya tetap hadir karena saya kenal dengan ibu kos walau saya tidak kenal dengan anak yang dinikahkan.
Ya, itu sekelumit pandangan saya loh ya. Jika orang lain berpikir lain ya silahkan saja.
No comments:
Post a Comment
leave your comment here!