Follow Us

Thursday, September 16, 2021

Sayap Patah: Memori Kehilangan

Sobat, pernahkah kamu kehilangan? Kehilangan seseorang yang kamu cintai.

Di sini saya ingin bercerita bahwa saya baru saja kehilangan sesosok yang saya cinta. Saking cintanya apa pun yang beliau minta saya akan berikan. Kalian pasti bisa menebaknya siapakah sesosok itu. Dialah ayah saya. Beliau wafat pada hari senin malam sekitar pukul sembilan kurang, 6 September 2021. Saya tak punya firasat. Tapi sekitar sehari sebelumnya saya video call memantau beliau, beliau tampak sehat dan gemuk. Dalam hati saya berkata, bertahan ya Ayah, tunggu saya, bulan depan saya pulang setelah SK saya turun. Tidak menyangka malam harinya hb turun dan sesak napas. Keesokan paginya dibawa ke rumah sakit. Tidak sampai menginap, beliau sudah wafat. 



Saat dikabari bahwa ayah saya sudah tidak ada, saya tidak ngeh. Keponakan saya menelpon dan bilang bahwa ayah sudah balik. Saya pikir ayah saya balik ke rumah. Saya merasa senang dalam hati ayah saya tidak apa-apa. Tapi ternyata duaarrr, balik yang dimaksud adalah ke rahmatullah untuk selama-lamanya. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un...

Saya mencari cara untuk pulang kampung. Di malam hari begitu sudah tidak ada lagi kendaraan. Pesawat hanya ada keesokan harinya. Travel dan damri sudah berangkat semuanya. Duh, pusing saya bagaimana caranya bisa pulang. Setidaknya agar saya masih bisa melihat wajah ayah saya untuk terakhir kalinya. Akhirnya saya kepikiran minta jemput kakak saya dari Banten.

Saya tidak bisa tidur. Saya selesaikan dulu kerjaan saya. Mungkin kalian berpikir, masih sempat-sempatnya ya. Karena saya tidak akan bisa kerja beberapa hari ke depan. Dan kerjaan tersebut sudah menuju deadline. Setelah itu saya bersiap-siap menunggu kakak saya. Akhirnya pukul 1.30 pagi kakak saya datang. Alhamdulillah. 

Sekitar 7 jam perjalanan, saya tiba di rumah. Di luar rumah sudah banyak orang berkerumun. Keluar dari mobil, kakak saya menangis semakin keras berjalan menuju ke rumah. Saya gandeng tangan kakak saya. Saya masih lebih tegar. Begitu masuk ke rumah, ada ibu saya menyambut. Pecah tangis saya di pelukan ibu saya. Tak kuasa saya menahan tangis. Kami bertiga berpelukan. Ya Allah ya Rabbi... 

Di dalam, ayah saya sedang disholatkan. Tak lama kemudian, saya diajak keluar kamar untuk melihat ayah saya. Wajahnya sudah ditutup kain. Saya berjalan menuju beliau. Selangkah demi selangkah saya mendekat ke wajahnya. Tak tertahankan saya menangis menjadi-jadi. Sungguh momen yang sangat memilukan. Saya cium pipi dan kening beliau dan saya peluk beliau untuk terakhir kalinya. Wajah ayah saya begitu putih dan bersih di akhir hayatnya. Lalu saya mundur dan bergantian dengan kakak saya.

Ya Allah, begini rasanya kehilangan seseorang yang begitu dicinta. Saya merasa seperti kehilangan satu sayap. Yang membuat sedih dan selalu menangis adalah memori yang terjalin selama beliau masih hidup. Ketika teringat wajahnya. Teringat beliau duduk dan tidur, suara langkah kakinya yang khas menyeret lantai dsb.

"Hiduplah sesukamu karena sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah siapa yang kamu suka karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya." (Nasehat Malaikat Jibril) 

Memang ajal sudah ditetapkan oleh Allah. Saya pun tak tahu sampai kapan saya akan hidup. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kedua orang tua saya. Terimalah amal ibadah ayah saya. Ringankan siksa kuburnya. Lapangkan dan terangkan kuburnya. Aamiin.

Yang bisa kulakukan hanya berdoa untukmu Ayah...
Selamat jalan Ayah...

Salam sayang dariku, Anakmu yang sangat menyayangimu...
Semoga kita bertemu kembali di surga-Nya...
Aamiin...

Sobat, kita bisa kirim doa untuk ayah yang sudah meninggal dengan membaca:

Khushuushon ilaa ruuhi abii…(sebut nama ayah kita) bin…(sebut nama ayahnya ayah kita)Allahumaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu, lahul faatihah.

lanjut baca Al Fatihah.

Kita bisa kirim surat yasin. Pada malam jumat, mayit di alam kubur berebutan yasin yang dikirim orang yang masih hidup yang menyebut mukminin wal mukminat. Namun tatkala ada anak yang mengirim yasin untuk orangtua yang meninggal maka mayit tidak lagi rebutan, cukup dari kiriman anaknya. 

Kita masih bisa berbakti kepada orangtua yang meninggal dengan mendoakannya (jangan lupa doa robbi firli waliwalidaya warhamhuma kama rabbayani soghiro selepas sholat mohonkan ampun orangtua kita) dan beramal atas namanya. Selama masih di alam barzah (belum kiamat alias setelahnya alam akherat) hal tersebut masih berlaku. Demikian saya kutip dari ceramah Gus Baha. Selama kita masih hidup mari selalu doakan orangtua kita. Jika kita meninggal, tak ada lagi yang mendoakan orangtua kita di alam kubur. Tak ada lagi yang mengirim yasin. Semua amal ibadah terputus ketika meninggal dunia kecuali 3 perkara yaitu amal jariyah, ilmu bermanfaat, dan doa anak soleh.

Sekian sharing saya ya sobat...

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!