Sepertinya kali ini saya membuat judul postingan berunsur negatif. Tak lain terinspirasi dari apa yang saya rasakan sendiri beberapa hari lalu. Salahkah jika pop out dalam pikiran saya bosan jadi orang baik?
Tiba-tiba saya jadi teringat akan tokoh Naoki Irie dalam drama Jepang "Itazura na Kiss" tempo dulu jaman saya masih sekolah SMA yang diperankan oleh Kashiwabara Takashi. Pernah suatu kali Naoki ketahuan mengutil barang di sebuah mini market (kalau tidak salah). Sungguh mengagetkan. Sesosok Naoki yang begitu perfect dan menjadi pujaan di sekolah karena kepintaran dan ketampanannya, bisa melakukan hal serendah itu. Lalu apa jawaban Naoki ketika ditanya apa alasannya?
Yang lebih mencengangkan adalah ketika dia berkata, "Bosan menjadi orang baik".
Lalu saya pun berpikir, ternyata hal itu memang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Nyata bahwa hal itu bisa saja terjadi. Karena saya sendiri merasakannya. :(
Berawal dari hal sepele namun berimbas pada pemikiran negatif 'bosan jadi orang baik'.
Ketika saya pulang dari mengajar sebagai instruktur suatu survei dalam posisi kehujanan (walau tidak deras), waktu sudah gelap, lelah pikiran dan fisik, ditambah stres menghadapi suatu deadline. Eh, dalam kondisi sekitar gelap sampailah saya di depan rumah kontrakan. Dan wow! Miris hati seketika melihat jemuran melambai-lambai menangis minta saya angkat. Lalu saya turun dari sepeda motor menyelamatkan jemuran yang basah tersebut. Untung saja saya akhirnya memutuskan pulang langsung ke rumah. Padahal awalnya saya berniat mampir ke kantor dulu untuk mengejar deadline suatu hal. Dan saya juga tidak jadi memutuskan menginap di hotel meski saya diberi fasilitas itu. Kesibukan mengajar memang telah membuat saya lupa bahwa saya punya jemuran hari itu.
Saya tengok ke tetangga sebelah kanan saya, lampu menyala. Lalu saya tengok tetangga sebelah kiri saya, lampu menyala bahkan pintu terbuka. Tak adakah rasa kepedulian? Lalu saya teringat bahwa beberapa kali saya mengangkatkan jemuran mereka ketika mereka tak ada di rumah dan tiba-tiba hujan. Bahkan ketika hujan mereka ada di rumah namun telat keluar. Ya Allah inikah balasannya? Lalu saya yang memang dalam kondisi negatif jadi merasa hidup sendirian. Saya jadi terbersit bosan jadi orang baik. Lebih baik individualistis cuek dengan sekitar.
Tidak tahu kenapa bisa sedemikian efeknya buat saya hari itu. Mungkin karena campur aduk kondisi psikologis saya saat itu. Dan jatuhnya jadi stres. Lalu saya telpon kakak perempuan saya dan curhat. Dan rupanya beliau masih pada jalur yang benar. Tidak menyiram bensin supaya lebih dahsyat kobarannya. Well, ketika saya bilang, "Bosan jadi orang baik."
Beliau jawab, "Tidak boleh begitu... Tetaplah jadi orang baik. Resiko menjadi orang baik memang begitu."
Bla bla bla
Ok, saya pun mencerna kalimat demi kalimatnya. Sebenarnya saya sadar betul dengan kehidupan saya. Saya tidak bisa mengandalkan siapa pun kecuali diri sendiri. Maka itu harus terima apa pun resikonya. Jangan pernah berharap lebih pada orang lain.
Well, pada dasarnya saya ini tidak pernah ambil pusing hal-hal yang tidak prinsip demikian. Tapi kembali lagi kondisi psikologis yang sedang tidak baiklah yang membuat muncul pemikiran negatif.
Keesokan harinya tetangga sebelah kanan cerita bahwa orang yang di rumahnya kala itu bilang, "Kasian Ayuk (nama saya). Gak bisa ngangkatin jemurannya karena adik (si bayi) rewel."
I don't mind, dear. Saya sudah melupakannya, batin saya. Karena saya sudah kembali pada diri saya yang positif. Saya tidak menyalahkan siapa pun.
:)
No comments:
Post a Comment
leave your comment here!