Cuek is the Best?
Reana
6/11/2012 09:09:00 AM
0 Comments
Hari Minggu yang cerah. Sepulang dari pasar, saya putuskan untuk mencuci motor di tempat langganan saya. Setiba di sana, sepi. Hanya ada satu motor yang sedang dicuci. Tapi ada 2 orang lelaki yang sedang duduk. Tampaknya adalah pelanggan yang sedang menunggui motornya tersebut.
Oke, saya turun dari motor lalu berjalan mengambil kursi kosong di arah depan untuk saya duduki sembari menunggu motor saya dicuci. Berhubung tidak antri, jadi tidak akan lama nunggu. Yes! Kesempatan seperti ini jarang karena biasanya antrian banyak.
Lalu saya pun duduk dan melepas helm. Lalu saya mengeluarkan hp. Maksud saya mengeluarkan hp tidak lain adalah browsing-browsing biar ga mati gaya nunggu motor tapi ternyata sinyal tidak mendukung. Yasudahlah. Saya pun diam.
"Mbak orang statistik ya?"
Tiba-tiba ada orang bertanya. Saya pun mengalihkan pandangan saya ke arah orang tersebut.
"Iya, kok tahu?"
Hahaha pertanyaan standar. Tapi cukup ngetrend yah kemarin-kemarin. Pastinya sih tidak akan ada gombal-gombalan ala OVJ kok di sini. :)
Orangnya tersenyum. Saya jadi bertanya-tanya kenapa orang ini senyum. Saya menduga-duga barangkali orang ini pernah jadi petugas survei/sensus di kantor saya sehingga tahu saya.
Iya saya berpikir positif saja seperti itu. Ya iyalah... kan ga mungkin saya mengira orang ini "stalker". Sok keren banget saya. Hehe.
Obrolan berlanjut.
"Tunggu! Kok tadi tahu saya statistik dari mana? Saya kan ga pernah bilang-bilang?"
"Saya pernah semobil sama mbak."
"Kapan?" tanya saya.
"Juni 2011"
What? Otak saya langsung mikir. Gile, itu kan setahun yang lalu. Sekarang kan sudah Juni 2012. Hebat juga ingatannya! Bravo!
"Itu pertama kalinya saya ke Mukomuko."
"Oh baru ya," jawab saya. Saya bilang baru karena saya sudah dari 2008 di sini. Saya sudah jauh lebih lama kan? *tuing tuing*
Obrolan kembali berlanjut.
"Mbak tinggal di mana di sini?"
"Saya di Bandar Ratu...", jawab saya.
"Oh masih di belakang apa itu..."
Glek. Kok tahu? Saya merasa makin aneh.
"Loh kok tahu lagi?"
"Iya waktu itu saya ikut nganterin mbak dulu."
"Itulah mbak ga nyadar diperhatiin. Kita kelang satu bangku waktu itu duduk di tengah. Karena mbak diam aja, saya jadi canggung mau ngobrol."
Seingat saya, saya selalu duduk di belakang sih selama ini kalau perjalanan dari Mukomuko ke Bengkulu atau sebaliknya. Hehehe.
.........................
Huaah dunia begitu sempit. Saya ini bukan tipe penghapal wajah orang. Apalagi orang asing yang baru sekali ketemu, setelah lama tidak ketemu terus ketemu lagi, maka lupa begitu saja. Pernah juga ada penumpang travel perempuan menyapa saya duluan dan saya lupa! Ternyata kita pernah satu travel dan ngobrol-ngobrol dulunya. Berangsur-angsur saya ingat kejadiannya.
Yang terekam di otak saya adalah kejadiannya, bukan wajah orangnya. Hehe.
Begitu pula dengan nama, kalau hanya sekali ketemu lalu bertemu lagi setelah sekian lama maka saya pun tidak ingat siapa namanya. :)
Yang saya garisbawahi dari cerita singkat di atas adalah kok bisa ya orang itu masih ingat? Padahal kejadiannya sudah lama loh setahun yang lalu. Yang saya heran adalah ingat wajah. Padahal kan itu travel malam hari, otomatis tidak jelas wajah-wajah orang yang ada di travel. Kalau saya sih cuek saja dengan penumpang lain yang setravel karena mereka saya anggap orang-orang yang hanya sekali saya temui. Tidak akan ketemu lagi. Numpang lewat gitu deh.
Lagian perjalanan malam kan enaknya buat tidur. Kan lampu juga mati. Jadi mana sempat ngapalin wajah orang hehehe.
Yah, itulah saya. Saya cenderung cuek jadi orang. Karena saya menganggap itu bukan hal penting untuk diingat-ingat. Jadi buat apa saya menghabiskan energi saya untuk itu?
Apa saya harus merubah kecuekan saya ini? Tapi saya merasa cuek saya ini masih wajar. Saya bedakan kapan saya harus cuek dan tidak. Saya cenderung cuek untuk hal-hal yang saya anggap tidak penting atau tidak ada sangkut pautnya dengan saya.
Umm, tapi bisa jadi hal yang saya anggap tidak penting, eh ternyata penting bagi orang lain kan ya? Oh dunia...