Mengenangmu Begitu Indah
Reana
6/14/2009 09:20:00 AM
2 Comments
Melihat-lihat banyak pasangan suami istri...jadi melihat banyak sisi kehidupan yang beragam. Seorang suami, ada yang bossy ada pula yang sangat bisa diandalkan berbagi kerjaan rumah dengan istri. Kalo bokap sendiri, kuliat bossy. Dalam artian untuk urusan kerjaan rumah tangga, sama sekali tak dilakukannya. Makan minum semua disediakan tersendiri oleh nyokap. Bokap hanya mencari nafkah. Dan memang, tugas seorang suami adalah mencari nafkah sementara istri menjaga rumah, anak, dan suami. Tapi itu tatkala istri hanya seorang ibu rumah tangga tidaklah masalah - maybe.
Dan fenomena bokap nyokap itu kulihat ketika memang anaknya sudah besar semua sementara ketika anaknya masih kecil-kecil, aku sungguh tak tahu karena akulah yg paling kecil. Cuma denger cerita nyokap sih, dulunya bokap pintar masak dan mau berbagi kerjaan rumah sama nyokap ketika anak masih kecil-kecil. Tapi yang jelas, sosok bokap yg kulihat dalam masa hidupku bersamanya, bokapku adalah orang yang sangat bertanggung jawab terhadap keluarga, sayang terhadap anak, pria yang setia, rajin beribadah, pintar...
Sementara nyokap adalah orang yang lembut, pintar memasak, sayang anak, rajin beribadah, ...waktu mudanya pasti cantik makanya bokap naksir hehe (terbukti memang banyak tetangga yang bilang cantik). Tapi sayang, kecantikannya tidak menurun padaku. Aku duplikat bokap hoho. Yah, lucunya, bokapku itu bangga sekali jika ada yang menuruninya entah itu cuma batang hidungnya yang pesek itu saja yang mirip. hihihi.
Yaaa meski secara fisik mirip bokap tapi aku menuruni kelembutan nyokap hehe. Apalagi aku dianugerahi suara yang indah hehehe. Paslah... *wew, bangga bin narsis. Apaan si? ^_^
Bagaimanapun juga, seperti apapun mereka, I love them!
Bokap
Yaa bokapku itu protektif dengan anak-anaknya. Sering aku merasa bokapku itu kecemasan berlebihan. Mungkin karena menjaga anak perempuan itu susah ya. Apalagi hampir semua anaknya perempuan cuma satu yang laki-laki. Jadi wajar ya. Apalagi aku yg paling kecil. Hmm...
Saking protektifnya, ketika lulus SMP, aku tak diijinkan sekolah di Bandar Lampung. Yaa dengan alasan jauh dan aku masih kecil. Beliau tidak mau melepasku. Padahal, siapa yang tidak mau masuk sekolah favorit kan? Dan aku sangat yakin aku bakal masuk... oh bokap...
Akhirnya, beliau hanya memberiku ijin sekolah di Metro saja. Ya sudahlah apa boleh buat meski masih sebel. Saat pengumuman diterima, bokap nanya, "Urutan berapa?" Kala itu masih NEM penentu diterima tidaknya. Aku jawab, "12".
Lalu aku minta kos saja dengan alasan takut terlambat masuk. Tidak juga diijinin. Entah apa pula pikiranku dulu kenapa minta kos, tidak pula jauh... Apa masih sebel ma bokap? hahahah
Ya sudahlah nurut aja. Pergi pulang naik angkot 4x...
Lulus SMA, berat pula beliau melepasku ke luar Lampung. Finally, keluar juga sih hehe ke Jakarta. Jakarta Lampung mang masih dekat hitungannya. Ketika itu pun tiap kali telepon, bokap selalu berpesan agar aku hati-hati. Wew, hati-hati tanda kutip nih.
Huaaaa bokap... bokap... aku memahami kekhawatiranmu jauh dari anakmu apalagi perempuan. Tidak bisa selalu memantau kegiatanku setiap hari. Yaaa sudah kebiasaan bokapku selalu memantau anak-anaknya sedang apa. Sampai aku pernah merasa gerah dengan perilaku bokapku itu. Dengan egoisnya aku ngadu ke nyokap. Masa' aku sudah segede ini (SMA) masih juga sering ditengokin di kamar. Doh doh... kalau dulu masih SD mah iya gapapa... Padahal sih waktu SD juga sebel digituin hehehehe
Hahahah semenjak pengaduan gw itu, sudah tidak lagi bokap begitu. Good... good... :D
Wew, kok lari ke sana sini jadinya dari ngomongin bossy.
Nyokap
Hmm, lain cerita dengan nyokap. Mungkin karena kita sesama perempuan, maka itu aku lebih dekat dengannya. Semenjak aku jauh darinya, tiap kali aku pulang beliau selalu menemani tidur di kamarku. Mungkin karena rasa rindunya atau bagaimana entahlah aku tak tahu. Mungkin baru ku tahu jawabannya setelah ku mengalaminya sendiri suatu saat. Am i rite? Aku sih senang-senang saja. Padahal sudah segede ini ya? heheh
Mungkin terkesan diriku sangat childish. Tapi, memang begitulah adanya. Hahahah
Aku sih tak pernah merasa kalau diriku manja. Tapi ga tau juga penilaian yang lain. Mungkin akunya saja yang tidak sadar?
Nyokapku itu, tiap kali aku kembali ke Jakarta atau sekarang ke Bengkulu, selalu dibekali makanan ringan maupun lauk. Dan bekal selama di perjalanan disiapin tersendiri. Sampai pengepakan (ceileee kaya apa aja) tak pernah sekalipun aku campur tangan. Pasti sudah beres ketika saatnya berangkat. Hahh anak macam apa aku ini??? (?_?)
Dan ketika aku ngobrol2 dengan salah satu teman satu kontrakan ketika masih kuliah di Jakarta, dia berkata bahwa dia menyiapi sendiri, masak sendiri bekalnya. Wew, jadi merenungi diri sendiri. Beda sekali denganku? Harusnya aku bersyukur atau kali lain aku nyiapin sendiri? Tapi kenyataannya hingga sekarang di Mukomuko Bengkulu, masih juga tak kulakukan. Masih juga terima beres. Halahhh emang dasar mau enaknya sendiri neh hehe. So sorry my mom! Ga kapok kan ngurusin anakmu yang bandel ini? hoho
Ummm, taukah kau mom, begitu daku sampai di Jakarta dan di kontrakan sendirian (teman2 belom ada yg datang), kulihat bekal darimu lalu kumakan sendirian, aku jadi sedih dan menangis. Mengingat dirimu yang sudah memasak dan menyiapkannya dengan cinta. hiks hiks cengeng mode on.
Yaaah itulah sedikit kenangan2 bokap nyokap tercinta yang hingga kini (alhamdulillah) masih bisa kulihat wajahnya, senyumnya, kudengar suaranya, langkah kakinya, meski lebih tepatnya hanya setiap kali pulang ke rumah hal itu bisa kusaksikan. Dan bisa kembali ke rumah barang 3 kali dalam setahun itu sudah luar biasa membahagiakan. Susah mencari kesempatan untuk pulang. Apalagi aku yang jauh begini yang pastinya ga bisa cuman ijin 3 hari. Itu tak cukup hanya untuk perjalanan. Oh Lampung-Bengkulu kenapa begitu jauuuuuuhhhhh???
Yaa konsekuensi menjadi seorang civil servant... sudah dipatok 5 hari kerja tak bisa ke mana-mana semaunya.
Kadang, lucu juga sih ingat masa lalu. Hahaha semenjak jauh dari keluarga gini, rasanya ukiran kenangan2 semakin berkurang. Bagaimana kan kuukir kenangan bersama mereka jika ragaku tak di sana? Huaaaa sudah hampir 6 tahun tak bersama, rasanya aku sudah lelah. Ingin sekali ku kembali dengan mereka. Paling tidak, aku bisa sering-sering mengunjungi mereka. God, mungkinkah? Help...
Bukannya ingin bermanja-manja (kalau pun iya, ini efek samping aja toh aku sudah gede ^_^) tapi aku ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka keluargaku. Di sini betapa menyedihkan. Jika sudah pulang kantor, masuk kamar kos habislah cerita. Keesokan harinya begitu lagi dan lagi. Selalu begitu. Lebih menyedihkannya jika Sabtu-Minggu. Berhubung itu hari libur, jika tidak ada gawean kantor maka berjam-jam hanya sendirian di kamar. Bahkan tak bicara
dengan siapa pun itu sudah biasa. Huaaaaaa!!!!! Di sini tidak sama keadaannya dengan ketika aku masih ngontrak di Jakarta. Di sana kita berempat bersama-sama seperti keluarga. My frens, my family i mizz u!!!